VOTE DAN SPAM KOMENTAR
_______
Jika ada predikat orang yang dermawan, mungkin Theodorus lah orangnya. Usai berjaga semalaman penuh di samping Adiknya- whitney, Pemuda itu juga menjadi pengasuh pribadi. Whitney masih enggan mengeluarkan suaranya, bangun dari tidur yang gadis itu lakukan hanya menatap Dia datar- tidak, lebih tepatnya menatap kosong. Entah apa yang Whitney pikiran, Theodorus sudah berusaha keras mengajak adiknya berbicara namun hanya dibalas dengan seperlunya."Tega sekali mengabaikan kakak tampan mu ini~!" celetuk Theodorus mendapat dengusan dari Whitney.
"pergi, kamu terlalu banyak bicara" usir gadis itu kosong nada.
Theodorus menghela nafasnya berusaha sabar, dengan pelan ditariknya mangkuk berisi sop lalu meletakkannya di atas pahanya. Whitney diam, sekarang gadis itu tengah memejamkan mata seraya bersandar pada bagian atas kasur.
" ayo, cepat buka mulut " pemuda itu menyodorkan sendok kearah Whitney yang menerima suapannya tanpa banyak protes.
" disaat seperti ini nafsu makanmu tidak menurun, yaa? "
"kamu masih mengomentari selera makan ku, ingin melihat hal berbeda ? Seperti melihat ku gantung diri contohnya" Whitney berkata sinis, raut wajah tak bersahabat gadis itu berikan pada Theodorus.
Bukan nya marah pemuda itu malah terkekeh " kamu memberi kode untuk aku perhatikan ya? Eiyy~ itu terlalu jelas kamu tau?" goda Theodorus, dalam hati ia senang bukan main melihat Respon Whitney yang berbeda dari sebelumnya.
" selain menurunkan nafsu makan, kamu juga bisa menaikan emosi ku ya?" Theodorus tersedak ludahnya sendiri mendengar perkataan tajam dari gadis itu.
Whitney membuka matanya saat merasakan usapan lembut di kepalanya, Theodorus menatap ia dengan senyum hangat, tampang menyebalkan pemuda itu hilang entah kemana.
" kami semua bakalan pergi ketempat mereka, kalo kamu gak bisa-"
"aku ikut"
Theodorus tersenyum, di kecupnya dahi sang adik lembut " hm, kalo gitu kamu siap-siap, kakak tunggu di bawah " usai mengatakan itu, dia berjalan menuju arah pintu. Whitney menatap punggung Theodorus yang hilang bersamaan pintu nya yang kembali tertutup.
Cewek itu menghela nafas, dia meraih ponsel miliknya yang berada di atas nakas. Mencari nama seseorang untuk ia kirimkan pesan.
Whitney menghela nafas gusar, pemuda itu tidak aktif. Mengapa disaat dia membutuhkan Actassi cowok itu entah kemana, biasanya belum sampai satu menit Actassi pasti akan langsung membalas pesannya. Ia kesal, jika tidak dibutuhkan tanpa aba-aba Actassi sudah berada di depan matanya.
"LO!- gue benci sama lo" geram Whitney, dia segera menyibak selimut yang membungkus tubuhnya, lalu bangkit menunju cermin.
Cewek itu memandangi wajahnya yang sembab, tangan Whitney terangkat untuk mengelus kelopak matanya, dia menatap pantulan dirinya dengan sendu. Se-menyakinkan apapun dia menyembunyikan kondisinya untuk mencoba terlihat baik-baik saja, pasti akan terlihat juga kerusakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VORTENE [✓]
Romance[COMPLETED] Actassi, mengikuti arti namanya segala hal tentang actassi bagai air laut yang selalu tak jauh dari pasang dan surut. Memiliki reputasi besar di sekolah, namun hal yang berkaitan dengannya begitu buruk untuk di dengar. Kemudian pembicara...