25. Lipstick

885 125 36
                                    

VOTE DAN SPAM KOMENTAR

______

HARI ini satu dari sekian kecemasan nya bertambah, sesuatu yang membuatnya bimbang akan keputusan nya benar atau tidak. Membuat Whitney berulangkali memikirkan hal itu sampai-sampai jawaban tidak pasti bermunculan hingga menimbulkan alasan yang tidak masuk akal. Dia menatap Actassi yang berada di depannya dengan tatapan datar seperti biasa, ritme nafas yang pemuda itu perlihatkan tidak menunjukkan tanda-tanda akan kegugupan, di tambah lagi Gerakan mata yang selalu menjadi tanda tanya besar untuk Whitney, saat bagaimana pemuda itu melirik dan  menggerakkan bola mata sesuai keinginan nya— tidak sekali pun Whitney melihat gerakan itu, terlampau kasat mata.

Mereka berdua tengah berdiri di depan Mansion,

“kenapa?”

“ah?.. gue, gue gugup— sialan!” mata gadis itu menyapu ke sembarang arah, ucapan frustasi entah di tunjukkan pada siapa.

Actassi maju dua langkah, berhadapan langsung dengan tubuh mungil gadis di depannya, Actassi menarik pinggang whitney agar menciptakan sebuah pelukan, dia Menautkan jari miliknya ke jemari Whitney. Gadis itu dapat merasakan remasan lembut diikuti genggaman yang kian mengerat. Whitney mendongak, bertubrukan langsung dengan mata tajam milik Actassi. Sekali lagi, ritme gerakan pemuda itu sulit di baca—seolah menegaskan hanya pemiliknya  yang tau makna dari tatapan itu, yang pasti bukan dia mengingat ia tidak pernah menyinggung status apa yang keduanya jalani. Dan Actassi tampak tak perduli hingga membuat Whitney hanya bisa terdiam. Posisi nya mempertanyakan hubungan pada Pemuda itu sama-sama sulit, coba kalian pikirkan—

Jelas kan?

Sakit dan sulit, Whitney terlalu pengecut untuk merasakan hal itu sekarang. Maka biarkan terus seperti ini, gadis itu tidak akan memulai. Whitney benar-benar pengecut untuk merasakan apa yang akan terjadi nanti.

Gadis itu meringis, dia gusar setengah mati. Actassi dapat melihat itu dengan jelas, amat sangat jelas. Tangan pemuda itu bergerak untuk memberikan satu usapan lembut di kepala Whitney, dia menatap Mata gadis itu dalam.

“fine!”

Whitney berbalik dengan tangan kanan nya yang masih berada dalam genggaman Actassi, menekan bel sebanyak empat kali hingga pintu Mansion terbuka memperlihatkan Seorang Maid yang tersenyum hangat menatap ia. Whitney mengangguk dua kali sembari mengulas senyum sebagai balasan. Dia menoleh kebelakang, lalu menarik lembut Actassi agar segera masuk bersamaan tertutup nya pintu Mansion.

Whitney agaknya kehilangan akal saat melihat Theodorus duduk santai sambil membaca majalah di sofa single kebanggaannya. Susah payah gadis itu meloloskan ludahnya terjun ke tenggorokan. Ia juga tidak mengerti mengapa ingin membawa Actassi ke mansion, sungguh— Whitney benar benar menyesal, separuh pikiran nya mengatakan hal ini adalah upaya membalas Budi pada Actassi karena telah membawa ia berkenalan dengan Kakek dari pemuda itu.

Ekor mata Theodorus merasakan seseorang tengah mengawasinya, mata nya bergerak untuk melihat. “ oh, baby? What are you doing? ” dia menjatuhkan tatapannya kearah si pemuda ber-hoodie “ and, who is he? — Your boyfriend huh?” tanya nya merasa tidak asing dengan Actassi. Theodorus menutup majalahnya kemudian kembali menaruhnya di atas meja.

No, he my friend— nothing more” melirik Actassi dengan sudut matanya, Whitney berucap ragu-ragu.

really?” Theodorus bertanya dengan mata memicing, menegaskan bahwa ia kurang percaya  atas perkataan adiknya, ditambah lagi respon dari pria di samping Whitney yang mendengus. Satu hal yang dilupakan oleh Whitney bahwa kakaknya itu mudah membaca situasi dan peka akan segalanya. Apalagi jika mengangkut setengah kebohongan ini, Gadis itu bimbang— antara benar teman atau tidak lebih dari teman mengingat kedekatan mereka terjadi tanpa sebab dan status yang kurang jelas.

VORTENE [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang