2. Tetangga 237

152 124 49
                                    

o0o~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

o0o~

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

~o0o~

Sinar matahari mengintip dari celah jendela kamar seorang laki-laki. Kelopak matanya perlahan terbuka per sekian detik. Dia dapat bernafas dengan lega pagi ini.

Oxal menerjang selimut ke sembarang arah. Dengan semangat, laki-laki itu bergerak melakukan peregangan. Ia senang, sabtu paginya tidak ada sapaan dari sang ayah yang membangunkannya untuk berlatih berkuda.

Setelah selesai melakukan peregangan dan tarian yang sedikit terbilang kaku, Oxal merebahkan dirinya lagi ke atas kasur. Ia memeluk guling yang semalam menemani tidur nyenyaknya.

Tok tok tok

"Oxal, sudah bangun?" tanya Jeno dari luar kamar.

Dengan cepat laki-laki itu berdiri dan membukakan pintu.

"Sudah kek" jawab Oxal.

Jeno mengelus rambut cucunya itu. "Turun kebawah ya, kita sarapan"

Kebetulan sekali, cacing diperut Oxal sudah meronta-ronta sedari tadi. Tetapi, apa ada cacing diperut seorang calon pangeran? Hiks. "Baik. Aku akan merapikan kamar sebentar"

Oke, laki-laki itu malah kebingungan.

Oxal menggaruk kepalanya. Terlebih dahulu ia menutup pintu agar tak ada yang melihat. Tunggu dulu, ia tak pernah merapikan kamarnya sendiri. Tentu saja di Istana, segala keperluannya dibantu oleh para maid. Tidak apa-apa, ia akan belajar mandiri. Itu resiko jika berani meninggalkan Istana.

"Selesai"

Walau pun itu tak terlalu rapi, Oxal bersyukur dapat melakukannya. Setidaknya dia sudah berusaha.

Oxal turun ke bawah menuju ruang makan. Tak mungkin ia tak datang, apa lagi kakeknya sendiri yang memanggilnya. Lagi pula sekarang, ia tidak berada di istana sehingga dapat berbuat seenaknya.

"Abang" sapa gadis berumur 13 tahun itu.

Oxal berdecak pelan. Apa itu abang? Ia tak suka mendengarnya. "Lula, sudah ku peringatkan panggil aku kakak"

Lula terkekeh. "Suka-suka gue dong"

"Lula ada coklat, lo mau bang?" tawaran Lula barusan membuat Mata Oxal berbinar.

"Ya! Mana? Berikan pada ku"

Lula mengelus dadanya aman. Belitan mata Oxal tadi benar-benar membuatnya ketar-ketir. Ia takut jika Oxal sudah seperti itu. Untung saja masih bisa dikendalikan dengan makanan manis.

"Giliran coklat aja cepet" Lula menyerahkan sebatang coklat dari kantong celananya.

"Lula" tegur Letta lembut.

OXAL : He is Bad Prince ( Sequel of LUSCYARI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang