~o0o~
𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰
~o0o~
Hanya berjarak beberapa meter saja, ada 5 orang laki-laki sedang berjalan menuju ke arah Nadia. Salah satu dari ke 5 laki-laki itu sepertinya sedang naik pitam. Terlihat dari caranya melangkah kan kaki dengan begitu penuh emosi. Siswa-siswi SMA Cendekia Mulia memberi jalan untuk laki-laki itu. Takut jika laki-laki itu akan menabrak mereka dengan sengaja.
"NADIA!" pekik laki-laki itu.
Nadia membulatkan mata. Ternyata itu adalah Sharka. Gadis itu langsung bersembunyi di balik badan Oxal. Tentu Oxal dengan senang hati melindungi Nadia dari laki-laki itu.
"Kenapa lo ngambil posisi gue lagi? Jawab, Nad!" ucap Sharka dengan napas memburu.
"Jangan semua lo ambil, Nad"
"Bahkan nyawa mama diambil biar lo bisa hidup!"
"Gara-gara lo, gue ga bisa ngerasain hidup dengan adanya seorang ibu" Sharka membanting bangku yang berada di dekatnya.
DEG!
Waktu terasa berhenti detik itu juga. Jantung Nadia tak berdetak seketika. Napas gadis itu tercekat. Untuk menelan saliva sedikit pun rasanya sangat serat. Kenapa Sharka dengan teganya mengucapkan kalimat kasar seperti itu didepan semua orang?
Oxal mengambil beberapa langkah. Laki-laki itu geram dengan perkataan Sharka yang benar-benar sudah kelewatan. Tapi, dengan cepat Nadia mencekal tangan laki-laki itu.
"Jangan berani lo bergerak selangkah lagi. Biar gue yang urus" bisik Nadia mendapat tatapan tak percaya dari Oxal.
Haidan, Ben, Alden dan Jeck turut bingung atas situasi yang semakin mencekam. Mereka semua tidak tahu apa masalah antara Sharka dan Nadia. Hanya saja, kali ini Sharka sudah kelewatan batas. Apa lagi Nadia hanyalah seorang gadis. Tak sepatutnya laki-laki itu berperilaku seperti sekarang.
"Ka, udah. Walau gue sahabat lo, gue ga ngedukung banget tingkah kaya bajingan gini" lerai Haidan. Memang laki-laki itu pemikirannya sedikit lebih dewasa, ketimbang Ben, Alden, Jeck dan Sharka.
Ben dan Alden berusaha menarik Sharka agar menjauh dari lapangan. Tetapi, Laki-laki itu sangat kuat. Sharka terus memberontak. Tak ada yang bisa mengendalikannya.
"LO BISU, HAH?!" tanya Sharka dengan nada tinggi.
Nadia dengan sekuat tenaga mengepalkan tangannya. Gadis itu menahan air mata yang terus menerus meminta untuk di teteskan.
"Gue tau, kak!" bentak Nadia yang sudah tak kuat lagi menahan emosinya.
Bola mata siswa-siswi SMA Cendekia Mulia membulat kaget. A-pa ta-di? Ka-k? Mereka semua tidak salah dengar, bukan? Terkuak sudah rahasia yang sudah lama Sharka dan Nadia sembunyikan. Pantas saja nama keduanya sangat mirip. Dergan Sharka A, ternyata A adalah pangkal dari marga Atmaja.
Nadia tersenyum. "Gue tau mama meninggal gara-gara ngelahirin gue"
"Bukan cuman lo yang ngerasa hidup tanpa mama. Gue yang berdiri di sini di depan lo ini, hidup juga tanpa sosok seorang ibu" namun setelah mengatakan hal itu, tangisan gadis itu pecah.
Nadia menyeka air matanya. Ia tidak mau terlihat menyedihkan didepan orang lain.
"Kalo bisa milih, gue bakal pilih hidup mama ketimbang gue. Biar lo, papa, mama bisa hidup bahagia. Gue rela"
"Sakit, kak! Sakit!" Nadia terus menerus memukul dadanya. Sakit, sesak, semua itu Nadia rasakan setiap hari.
"Bertahun-tahun gue nahanin kebencian lo terhadap gue!"
"Sampe-sampe lo selalu ngelarang gue ke makam mama. Gue cuman mau ngasih bunga di tempat peristirahatan mama aja bahkan lo larang, kak!"
Mengingat itu sangat menyakitkan bagi Nadia. Bagaimana bisa seorang saudara melarang saudarinya sendiri berkunjung ke makam ibu kandungnya? Padahal Nadia hanya butuh beberapa menit saja bila memang benar-benar Sharka tak mengijinkannya berlama-lama berada di makam sang ibu.
"Tapi lo juga harus tau. Selama ini, gue hidup bener-bener belum pernah ketemu mama. Gue iri sama lo, lo masih bisa ngeliat mama"
"Setiap hari gue nyalahin diri gue sendiri. Kenapa gue harus ada di dunia?" Nadia menatap Sharka sayu.
Gadis itu menunjukkan senyum palsu. "Gue pengen mati biar ketemu mama. Biar lo tenang. Tapi gue tau, kalo itu bukan pilihan yang terbaik"
Bibir Sharka tak bisa di gerakan. Laki-laki itu terdiam seribu bahasa. Harusnya Sharka senang melihat Nadia merasakan sakit. Tapi entah mengapa jauh dari lubuk hatinya, ada perasaan yang janggal. Mengapa Sharka ingin menangis?
"Mimpi gue belum tercapai, masa depan gue masih panjang"
"Gue terpaksa keluar dari rumah biar lo ga semakin benci sama gue"
"Gue di apartemen hidup sendiri, gue kesepian. Beban dan sakit harus gue ketumpahin ke siapa?"
"Ga ada tempat buat gue bersandar" Nadia terkekeh miris.
Nadia berlari menerobos kerumunan. Gadis itu ingin sendirian saat ini. Bahkan guru-guru dan orang tua siswa-siswi SMA Cendekia Mulia melihat kejadian ini. Davin hanya bisa menonton. Ia tak tahu harus berbuat apa. Otaknya membeku. Pria itu tidak tahu bahwa kebencian Sharka pada Nadia sebesar ini. Sebagai seorang Ayah, Davin merasakan sakit yang amat dalam. Ia salah berpikir menjauhkan kedua anaknya adalah pilihan yang baik.
TBC
Kaget ga? Kaget ga? Ya kaget dong masa engga!
Kaget kan ternyata Sharka benci Nadia karena alesan ini?
Pasti ada nih yang mikir kalo mamanya Nadia itu ada di rumah sakit atau RSJKasih semangat ke Nadia yuk
Keep strong, Nad Nad
You're strong womanMau tanya, sampe di part ini
Apa iya cuman fokus ke Nadia, padahal ceritanya tentang Oxal?
Apa perasaan aku aja ya?
Tapi tenang aja kok
Part 20-30 bakal berfokus sama Oxal terus ya bbyJangan lupa vote, komen dan follow ya
19 Mei 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
OXAL : He is Bad Prince ( Sequel of LUSCYARI)
Teen FictionSequel of LUSCYARI. 1 tahun lagi umurnya genap menjadi 17 tahun. Di umur itu, Oxal van Diego akan di nobatkan menjadi Pangeran dari Kerajaan Vosamalia. Tetapi, Oxal tidak mau menjadi Pangeran. Di otaknya ada satu kata yang selalu terpikiran, yaitu...