32. Maaf

41 8 1
                                    

~o0o~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~o0o~

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

~o0o~

Pagi itu hujan turun begitu deras, membuat semua teman Oxal menunda kepulangan mereka. Mungkin setelah hujan berhenti mereka akan lekas kembali ke dunia mereka.

Sharka memandang seorang gadis dari kejauhan. Gadis itu duduk di samping jendela yang mengarah ke halaman depan istana. Terdapat sebuah air mancur berukuran besar nan megah disana.

Sharka mengumpulkan keberanian dan tekadnya. Kemudian ia melangkah maju dengan hati-hati tanpa sepengetahuan gadis itu. Sekarang tubuh Sharka bediri tepat di belakang gadis itu. Laki-laki itu menepuk bahu gadis itu pelan.

"Nad" panggilnya canggung.

Nadia menoleh. Setelah mengetahui siapa pemilik suara itu, ia kembali menatap ke arah luar jendela. "Kenapa?"

"Gapapa" jawab Sharka pelan.

"Ga jelas banget lo" ketus Nadia.

Kini kedua orang itu sama-sama menatap tetes hujan yang turun. Sharka dan Nadia memiliki kesamaan dalam beberapa hal yang mereka sukai. Termasuk hujan. Menurut mereka, mendengar suara hujan yang turun, dapat membuat mereka tenang. Dan juga, aroma hujan itu sangat lah nyaman ketika menusuk hidung.

Sebuah tangan mengelus lembut rambut Nadia. Siapa tersangkanya? Sudah pasti Sharka. Siapa lagi disana selain mereka? Nadia tidak protes. Gadis itu hanya diam menikmati.

"Gue gagal jadi kakak yang baik. Jangankan itu, jadi seorang kakak aja gue udah gagal, Nad" lirih Sharka.

Nadia menggeleng. Gadis itu menarik napas panjang. "Udah lah, ga usah ngomong kaya gitu"

Tangan Sharka terhenti mengelus rambut Nadia. "Ga usah gimana? Dulu di hati gue cuman ada benci setiap ngeliat lo" Lalu ia kembali mengelus rambut gadis itu.

"Dulu? Berarti sekarang udah engga ya?" Nadia terkekeh.

"Iya, udah engga. Setiap ngeliat lo gue merasa bersalah sekarang"

Ucapan Sharka itu malah membuat Nadia tegang tak karuan. Tadinya ia cuman bercanda melontarkan pertanyaan itu. Ia tidak berpikir jika Sharka akan menjawab seperti ini.

Dari dulu Sharka memang membenci Nadia. Untuk berada di dekat gadis itu, Sharka saja sudah risih. Apa lagi Sharka itu tidak suka miliknya di ganggu. Contohnya peringkat pertama di sekolah. Hingga akhirnya kejadian pembagian rapor waktu itu terjadi. Nadia mengeluarkan segala sakit dan keluh kesahnya didepan Sharka. Laki-laki itu tidak pernah menyangka bila Nadia merasakan sakit yang luar biasa.

"Harusnya gue ga boleh nyalahin siapapun. Kematian mama karena ngelahirin lo. Tapi papa bilang, waktu lo masih didalem perut, gue selalu nunggu lo lahir. Gue selalu ngelus-ngelus perut mama. Tidur pun gue suka deket perut mama"

"Mungkin mama tau, Nad. Mama ngasih lo buat gue. Kalo mama lebih mentingin diri sendiri, gue ga bakal ngeliat lo di dunia ini"

"Kak" Suara Nadia bergetar.

"Lo manggil kak, gue seneng, Nad. Waktu gue masih benci lo, ga tau kenapa sebenernya gue seneng kalo di panggil kak sama lo" ucap Sharka. Senyuman terbit di bibir laki-laki itu.

"Maafin gue, Nad. Maaf segala rasa sakit yang gue kasih. Maaf gue selalu kasar sama lo. Maaf ga pernah bersyukur atas hadirnya lo di dunia ini. Tanpa gue sadari, lo itu wujud dari mama. Selama ini gue ga nyadar bisa liat mama di diri lo. Maafin gue untuk semua nya" ungkap Sharka sedih. Air mata Sharka ikut menetes mengikuti tempo tetes hujan yang turun.

Detik itu juga tangis Nadia pecah. Suara gadis itu sangat kencang sampai-sampai membuat semua orang di istana menghampiri mereka berdua. Nadia tidak perduli, untuk pertama kalinya ia memeluk Sharka dengan hangat.

🍦

Oxal bersiap untuk mengantar teman-temannya pulang. Ia tidak bisa ikut kembali ke dunia ibunya bersama mereka. Ia sudah terkurung disini. Apa lagi tinggal beberapa bulan yang akan datang ia berumur 17 tahun. Namun niatnya itu di tahan oleh ayahnya. Kano meminta kepada Oxal untuk berbicara sebentar.

"Kau sudah tahu bila gelarmu tidak bisa diganggu gugat , bukan?" tanya Kano pada anaknya.

Oxal memejamkan mata karena jengkel. "Aku tahu, Dad. Jadi cukup untuk mengatakannya berkali-kali"

"Dad akan membebaskan mu pergi ke dunia mommy hingga kau tamat. Kau bisa menghabiskan waktu bersama teman-teman mu. Tapi berjanjilah pada ku. Kau pulang ke Luscyari paling tidak 1 minggu sekali, kau harus bersiap untuk penobatan mu" ucap Kano membuat mata Oxal membulat dengan sempurna.

Apa maksud ayahnya? Apakah selama ini Kano tahu jika Oxal bersekolah? Apakah ayahnya itu mengintainya di dunia ibunya?

"Ada apa dengan ekspresi mu?" tanya pria itu heran.

Oxal menelan ludahnya. Tenggorokannya terasa kering. "Dad, kau sedang bercanda?"

Kano menggeleng. "Tidak"

Kano mengetahui semua hal yang dilakukan oleh Oxal. Mulai dari anaknya kabur kerumah mertuanya, kemudian pindah ke sebuah apartemen, lalu masuk kedalam sekolah milik kakak iparnya dan bergabung dalam sebuah geng motor. Kano hanya diam seraya mengawasi tingkah laku anaknya. Yang terpenting tidak membahayakan dan merugikan Oxal.

"Setuju atau tidak?" ucap pria itu dengan nada merayu.

Oxal bimbang. Sebenernya ia tidak setuju. Namun sebesar apapun usahanya untuk mengelak dan menolak, gelarnya itu sudah ditetapkan dari ratusan tahun yang lalu.

Laki-laki itu berpikir keras. Dahinya menyengrit memikirkan pilihan apa yang harus ia pilih. Meski begitu, tawaran ayahnya itu tidak ada salahnya. Malah cukup bagus untuk dirinya.

"Baiklah. Aku akan mencobanya" jawab Oxal mendapat senyuman serta tangan Kano mengacak rambutnya.

TBC

Finally Oxal mau jadi pangeran hahaa

Yaampun ternyata simpel banget bujuk cowo ini asalkan ada timbal balik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yaampun ternyata simpel banget bujuk cowo ini asalkan ada timbal balik

Jangan lupa vote, komen dan follow besti

8 Juli 2022

OXAL : He is Bad Prince ( Sequel of LUSCYARI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang