3. "Nadia, temani aku!"

141 116 55
                                    

~o0o~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~o0o~

𝓗𝓪𝓹𝓹𝔂 𝓡𝓮𝓪𝓭𝓲𝓷𝓰

~o0o~

Nadia bersandar di sofa seraya menonton acara televisi kesukaannya. Dipelukannya, terdapat toples berisi keripik singkong yang ia beli di supermarket tadi.

Jika di jam ini anak lain akan belajar, lain halnya dengan Nadia. Sabtu dan minggu khusus untuk dirinya merasa bebas. Bebas melakukan ini, itu dan bebas kesana, kemari. Yah, lebih baik di dalam apartemen saja kan, dari pada keluyuran keluar tidak jelas?

"Nadia!"

Nadia tahu suara siapa itu. Jelas suara itu adalah suara Oxal. Laki-laki menyebalkan yang akan bertemu Nadia setiap hari. Ada apa malam-malam begini? Dan kenapa Oxal menggedor pintu dengan keras? Lantas apa gunanya bel?

"Nadia!"

"Nad-" panggilan Oxal terpotong saat sangat empuh muncul dari balik pintu

Nadia menarik napas. Apa lagi sekarang? "Kenapa?"

"Aku boleh minta tolong?"

Satu alis gadis itu terangkat. Tidak boleh. Tanpa sepatah kata pun, Nadia langsung menutup pintu namun ditahan oleh lengan laki-laki itu.

"Udah malem" ucap Nadia.

"Aku tahu ini sudah malam, Nadia" bukan itu maksudnya, Oxal.

"Yaudah, balik ke unit lo" usir Nadia mengibaskan tangannya.

"Kau tahu kan, aku murid pindahan dari luar kota?" tanya Oxal membuat Nadia mengangguk.

"Aku tidak mengenal baik kota ini" tutur laki-laki itu.

"Makanya ga usah pindah lah. Kok repot" cibir Nadia pelan namun masih terdengar di telinga Oxal.

Oxal tertohok. Andai saja kau tau kalau aku kabur dari istana, Nadia.

"Aku belum makan" lirih Oxal lemah.

Hati Nadia sedikit terketuk. Walau begitu, namanya gengsi ya gengsi. "Hubungannya sama gue apa, Oxal?"

Tanpa ada alasan, Oxal sangat senang Nadia menyebut namanya untuk pertama kali. "Ayo ke supermarket!"

Hanya untuk kesupermaket harus mengajak Nadia dulu? "Pergi aja sendiri"

Bibir Oxal berkerut. "Nadia, temani aku!"

Menolak pun tak ada gunanya bagi Nadia. Pasti laki-laki itu akan tetap memaksa.

"Tapi gue pake baju pendek. Dingin" Ia melirik pakaian yang dikenakan. Bukan bermaksud mengada-ada alasan. Nadia jujur, malam-malam begini angin kencang terus berhembus.

Oxal melepas hodie berwarna soft blue itu dari tubuhnya. Menyisahkan kaos hitam berlengan pendek. Ia memakaikan hodie nya ke Nadia. Gadis itu hanya diam menurut. Yah! Itu kebesaran untuk ukuran tubuh Nadia. Malah hodie tersebut cukup untuk menutupi dengkulnya.

OXAL : He is Bad Prince ( Sequel of LUSCYARI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang