Maaci yaaaa udah tetep setia mau baca cerita Inak, padahal kadang Inak ngerasa ceritanya ngebosenin wkwkkwkwkw.
Pokoknya yang tulisan diitalic itu artinya masa lalu ya.
*****
"Berhenti .... Iya ... iya di sini saja."
Ombak terpaksa menarik rem karena perutnya kembali dicubit, salah dicakar. Itu pasti lebih tepat untuk menggambarkan pelukan erat gadis itu. Karena kuku-kukunya terasa berhasil menembus kaus lengan panjang pemuda itu.
"Apa lagi sekarang? Rumah Apuk Mardi kan masih jauh." Ombak jengkel sekali.
"Tidak. Aku bisa jalan kaki."
"Kamu yakin?"
"Iya."
Ombak geleng-geleng kepala. Jalanan itu adalah jalanan tanah. Jalanan setapak yang sisi kiri dan kanannya dipenuhi rumpun bambu. Orang normal, tentu akan menghindari tempat seperti ini, tapi mengapa si gadis setan ini malah tampak tidak takut?
Dia cucu Apuk Mardi, Ombak berusaha mengingatkan diri.
Gadis itu turun dari boncengan. Ia mengulurkan tangan pada Ombak. "Terima kasih ya ...."
Namun, Ombak tak menerima uluran tangan itu, karena sekilas matanya justru melihat si gadis yang bertelanjang kaki. Benar-benar edan.
"Kamu berencana pulang dalam keadaan seperti ini?"
"Seperti apa?"
"Tanpa alas kaki?"
"Aku juga ke sana tak pakai alas kaki."
"Tapi-"
"Kamu mengkhawatirkanku ya?"
Tiba-tiba saja Ombak merinding. Bukan karena gemerisik dedaunan bambu yang tertiup angin, melainkan senyum si gadis yang terlalu lebar.
"Dengar ya anak setan ... aw!" Ombak meringis karena pipinya tiba-tiba ditarik si gadis.
"Jangan memanggilku anak setan lagi, kamu bisa kena kutukan."
"Kalau begitu gadis setan, kamu kan berkeliaran malam-malam ... aw!" Kali ini pekikan Ombak makin keras karena kedua pipinyalah yang sudah dicubit.
"Itu sama saja, kamu juga akan kena kutukan!"
"Kamu pikir aku percaya! Lepaskan gadis setan."
Tiba-tiba saja si gadis memejamkan mata dan merapalkan mantra lalu meniup wajah Ombak keras.
"Apa yang kamu lakukan?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Ombak
Romance(DALAM PROSES PENERBITAN) Ombak tak bisa dikejar, sama seperti tak dapat digenggam. Kakeknya mengatakan itu pada Safira. Namun, perasaanya yang terlalu besar membuatnya bebal. Hingga di suatu hari Safira dihantam kenyataan, Ombak memang selalu data...