Part 6

9.1K 1.9K 192
                                    


Gimana abis liat Ombak di IG? Kalian udah siap digulung belom? 🤣


*****




Safira berusaha melepaskan tangan Ombak dari dagunya. Sejujurnya lelaki itu mampu membuatnya merinding hebat. Ombak mengembalikan kengerian yang dikubur Safira selama sepuluh tahun ini. Ombak adalah gelombang yang selalu bisa menyeret Safira, sekeras apapun melawan.

"Lepaskan aku dan pergilah!"

"Jadi kamu tak mampu memahami maksudku ya?"

"Aku tidak perlu memahami apapun. Pergilah, aku tidak ingin ada keributan di sini."

Ombak melepaskan tangannya dari dagu Safira. Namun, bukannya menjauh, lelaki itu melangkah semakin dekat. Safira berusaha bertahan atas intimidasi itu. Usaha yang membuat Ombak makin marah. Lelaki itu merangsek maju hingga dada mereka bersentuhan.

Ombak menuduk, menatap kulit putih langsat yang dulu akan dengan mudah memerah karena hisapannya. Dada Safira lebih penuh dari yang Ombak ingat, dan selendang berwarna putih dan menerawang itu, hanya menambah efek menggairahkan dari apa yang Ombak ingin sentuh dan rasakan.

"Kamu masih sebernyali yang dulu."

Safira mengangkat dagu.

"Tapi juga sebodoh yang dulu." Ombak menunduk hingga bibirnya berada tepat di telinga Safira. Lelaki itu kemudian berbisik, "Kamu lupa aku adalah lelaki yang terlalu lama dipaksa menjauh dari wanitanya? Sepuluh tahun, Fira. Kamu pikir sikap menentangmu ini tidak membuatku bisa lepas kendali?"

Safira menahan dada Ombak. Mata wanita itu penuh kecaman. "Aku. Bukan. Milikmu. Lagi!"

"Kata siapa?"

"Kita sudah berpisah!"

"Benarkah?"

Safira membeku. Ia menatap Ombak dengan bingung dan ngeri. "Aku tak akan membahas ini lagi. Kamu dan hubungan kita telah kukubur sepuluh tahun yang lalu."

"Dan menurutmu aku percaya?"

"Aku tidak peduli kamu percaya atau tidak."

"Kamu peduli. Saat resah kamu akan menggigit kuku-kukumu, tapi sekarang kamu mengepalkan tangan karena tak mau aku melihat itu."

Safira benci karena Ombak masih bisa dengan mudah membacanya.

"Kamu terlalu percaya diri dengan berpikir aku masih orang yang sama." Safira tersenyum mengejek. Ia tak tahu apakah ,asih ada cinta yang tersisa untuk Ombak, karena saat mengingat lelaki itu, haya rasa sakitlah yang muncul. Dan jikapun mash ada cinta dalam hatinya, Safira tak menginginkan Ombak lagi.

"Kalau kamu orang yang berbeda, harusnya sekarang kamu sudah bersama lelaki lain."

"Menurutmu kenapa aku tak bisa melakukannya?"

Ombak terpaku. Rasa sakit di mata Safira nampak jelas. Ombak ingin menyentuh pipi Safira, tapi perempuan itu menepis tangannya.

"Aku tidak bersama lelaki lain, bukan karena belum berhasil melupakanmu. Tapi karena aku tahu, jatuh cinta adalah tindakan paling bodoh di dunia. Aku tidak ingin menyerahkan hatiku pada siapapun lagi. Aku tidak mau hancur untuk kedua kali. Sekarang, kamu boleh bertepuk tangan karena rasa bangga, tapi setelah itu, pergilah. Jika ingin bertemu anakmu, suka tidak suka, kamu harus melibatkan Langit. Karena aku tak mau bertemu denganmu lagi, Ombak.  Tidak akan pernah lagi."

Lalu Safira mundur dan menutup pintu dengan keras.

Ombak menatap tajam pintu kayu di depannya. Dugaanya benar, Safira masih belum mau menerima kenyataan. Lelaki itu menyentuh pintu kayu itu dengan lembut, seolah itu adalah tubuh Safira yang membelakanginya. Dia tahu Safira masih berada di baliknya.

Mengejar OmbakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang