Part 27

9K 2.1K 356
                                    

Ini nggak sempat edit. Ya Allah Inak sibok kali hari ini.😭😩



🌊🌊🌊


"Turun."

"Tidak mau!"

"Turun!"

"Tidak mau!"

Ombak memejamkan mata. Rasa kesalnya sudah mencapai ubun-ubun. Si anak setan ini menguji kesabarannya yang tak seberapa.

Sepanjang perjalanan dari sekolah ke rumahnya, mereka menjadi tontonan. Safira terus memukul punggungnya dan minta diturunkan. Jika setelah ini orang-orang kembali bergunjing tentang mereka, Ombak tak akan peduli. Dia malah berencana berhenti menyembunyikan fakta pernikahan mereka. Karena tinggal berjauhan justru membuat peluang masalah tercipta sangat besar.

"Lalu apa maumu, hah?"

"Aku mau pulang," jawab Safira tak kalah emosi. Dadanya naik turun menahan kemadahan yang siap meledak.

"Ke mana?"

"Tentu saja ke rumah Kakekku! Kamu pikir aku bisa kemana lagi?"

"Itu bukan pulang namanya. Kamu sekarang Istriku. Rumahmu adalah dimana aku tinggal."

Safira mengerjap, sebelum kemudian mendengkus. "Masih ingat punya istri ya? Saat kamu dicium cewek tadi, kamu amnesia?"

"Sudah kubilang aku tidak menyangka dia melakukannya."

"Yang benar saja. Kamu pikira seorang gadis akan berani bertindak sejauh itu begitu saja?  Tapi sudahlah, aku lelah. Percuma membahasnya." Safira kemudian turun dari motor.  Namun, segera berbalik. Ia mau pulang.

Baru sekitar dua langkah, tubuhnya tiba-tiba ditarik ke belakang. Safira memekik tak senang.

"Lepaskan aku! Aku mau pulang!"

"Enak saja!' Ombak melingkarkan tangannya di perut Safira. Meski sang istri meronta, lelaki itu tetap membawanya masuk ke rumah.

"Den Ombak, ada apa?" tanya Nak Mahnin terhopoh-gopoh. Dia ikutan panik melihat dua anak muda itu bertengkar.

"Sysha ke mana, Nak Mahnin?" tanya Ombak.

"Nona Syhsa pergi bersama Ibu. Katanya mau melihat pabrik."

"Kapan mereka akan kembali?"

"Saya kurang tahu."

"Lepaskan aku! Lepas!"

Mengbaikan teriakan Safira, Ombak kembali berkata pada Nak Mahnin, "Saya akan ke kamar. Ketuk pintu kalau Sysha sudah kembali."

Safira kembali meronta saat Ombak menggendongnya menuju kamar. Lelaki itu membaringkan Safira di ranjang. Dia memeluk tubuh Safira sangat keras hingga tak bisa bergerak.

"Tenang kataku!" teriak Ombak.

Safira terlonjak. Kemarahan Ombak membuat nyalinya sedikit ciut. Safira memalingkan wajah, menolak menatap sang suami. Air mata sudah mengaliri pelipisnya.

"Lihat aku!" perintah Ombak.

Safira menolak.

"Lihat aku, Fira. Kumohon ...." Kali ini Ombak melembutkan suaranya.

Safira mengerjap, berusaha menghentikan tangisnya.

"Aku mohon ...," pelas Ombak.

Safira akhirnya menoleh. Ia menatap Ombak yang kini sudah berada di atas tubuhnya.

"Maafkan aku," bisik Ombak. "Maafkan aku membuatmu menangis dan terluka. Aku sungguh tak bermaksud melakukannya. Tangismu adalah hal terakhir yang aku inginkan."

Mengejar OmbakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang