Huheee akhirnya bisa apdet lagi.
Makasi ya onty online Abang, udah doain. Alhamdulillah Abang udah mendingan. Kemarin emang sempat dioksigen, huhu.
Berkat doa onty-onty, Abang sekarang ceat lagi, dan Inaknya bisa menghalu kembali.
Btw, udah bisa oplot poto gak sih di WP sekarang? Inak kan mo pamerin si Ombak ngoahahhahahah.
🌊 🌊 🌊
"Kamu jauh-jauh hanya mau ke pantai?" tanya Safira heran. Gadis berusaha merapikan rambutnya yang diterbangkan angin.
Safira mengira Ombak akan membawanya ke tempat menarik. Kuburan misalnya, tempat yang cukup berhubungan dengan obsesi Safira yang hanya Ombak ketahui.
Sebenarnya, lautpun memiliki banyak makhluk ghaib. Kakeknya mengatakan, jika bisa melihat berapa banyak makhluk penunggu lautan, maka manusia tak akan pernah mau datang ke tempat itu.
Dan berhubung kepekaan Safira terhadap makhluk tak kasat mata, lebih tumpul dari pada manusia tertumpul sekalipun, maka laut tak memberinya kesan apa-apa. Bagi Safira laut sama saja dengan tempat lainnya.
"Memangnya kenapa? Kamu keberatan?" tanya Ombak jengah.
Safira memutar bola mata. Si Ombak ini adalah anak terlabil yang pernah ditemuinya. Suka sekali merengut dan marah-marah. Safira kan hanya bertanya biasa.
Untung aku suka, ucap Safira dalam hati.
Ombak melepas sepatunya dan berjaan kaki meuju bibir pantai. Safira mengekori di belakangnya. Pemuda itu menjantuhkan tasnya begitu saja di atas pasir. Ombak kemudian duduk dengan tangan ke belakang menyangga tubuh.
Safira kembali mengikutinya. Ia duduk bersama Ombak yang menatap ke garis horizontal yang mulai berubah warna karena matahari akan tenggelam.
Ombak tampak tenggelam dalam lamunannya, dan mengacuhkan Safira.
Safira yang tak tertarik sama sekali dengan matahari tenggelam terus memperahatikan Ombak. Bibir pemuda itu memang diam, tapi wajahnya menunjukkan ekspresi kesedian. Siapa dia dan apa yang pernah dialaminya? Safira terus bertanya-tanya."Lautnya di depan," ujar Ombak karena Safira terus menatapnya.
"Tapi kan aku tidak mau melihat laut. Kamu yang mau."
"Kamu menyesal?"
"Memangnya aku bilang begitu."
"Lalu kenapa kamu terus menatapku?"
"Soalnya kamu lebih indah dar laut."
Ombak menggeleng-gelengkan kepala mendengar ucapan Safira. Dia kemudian kembali menatap lautan di depannya. "Ibu dan Ayahku suka laut," buka Ombak. Entah mengapa dia ingin Safira tahu alasannya datang ke sini. "Dulu saat masih kecil, Ayah tinggal di daerah pesisir. Almarhum Kakekku seorang nelayan. Ayah juga mengenal Ibu di laut. Saat mereka sama-sama pulang dari tanah rantau."
Ombak tersenyum mengenang cerita yang dulu sering diulang-ulang ibunya. "Saat itu tengah hari. Ibu yang bosan, ingin menikmati angin di geladak. Namun, Ombak besar datang dan malah membuat Ibu basah. Ayah ada di sana, melihat Ibu yang basah kuyup. Kamu tau bagian manis dari cerita ini?"
Safira menggeleng.
"Ayah meminjamkan jaketnya untuk Ibu. Pakaian basah membuat bentuk tubuh Ibu terecetak cukup jelas. Jaket Ayah menyelamatkan Ibu. Sejak itu mereka berkenalan, dan Ayah jatuh cinta. Namun, Ibu tak langsung menerima Ayah. Ayah terus mengejar Ibu, salah satunya dengan mengirimkan surat cinta setiap hari untuk mmebritahu Ibu betapa besar perasaan Ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Ombak
Romance(DALAM PROSES PENERBITAN) Ombak tak bisa dikejar, sama seperti tak dapat digenggam. Kakeknya mengatakan itu pada Safira. Namun, perasaanya yang terlalu besar membuatnya bebal. Hingga di suatu hari Safira dihantam kenyataan, Ombak memang selalu data...