Ada suara siraman air dari kamar mandi di sampingnya. Gadis itu menelan ludah. Tiba-tiba dirinya merinding dan kepalanya terasa melayang. Dia ingat sebagai orang terakhir yang berada di sana. Teman-teman yang lain sudah pergi. Perutnya yang sakit, membuat gadis itu membutuhkan waktu lebih lama dari yang lain.
Lalu siapa yang kini berada di balik bilik seberang? Tidak mungkin ada orang lain, karena semenjak tadi suasana hening membuatnya bisa mendengar suara sekecil apapun, dan tak ada suara orang lain masuk ke dalam toilet itu.
Terlebih, pintu ke lima itu terletak paling pojok dan tak pernah digunakan. Rusak sejak lama bahkan membuatnya digembok. Lalu siapa yang baru saja menyiram air?
Gadis itu segera menyelesaikan urusannya. Dia menyesal tak meminta agar kawan-kawannya menunggu. Bel tanda masuk kelas memang sudah berbunyi, menandakan jam istirahat usai. Hanya saja terlambat beberapa menit untuk masuk ujian mata pelajaran berikutnya tentu bukan masalah besar.
Suara siraman air lagi membuat gadis itu buru-buru membuka pintu. Dia berlari menuju pintu keluar toilet, tapi belum sempat melewatinya, pundaknya ditepuk hingga membuatnya refleks menoleh.
Di belakangnya kini berdiri sosok perempuan dengan wajah rusak terbakar. Namun, yang paling mengerikan adalah perempuan itu tak memiliki bola mata dan ada darah yang keluar dari rongga matanya.
"Hihihi ... mau kemana buru-buru?"
Hal yang selanjutnya dilakukan gadis itu adalah berteriak kencang sebelum kegelapan menyergapnya.
****
"Mati aku ... mati ...," ucap Safira berulang kali.
Semenjak tadi dirinya terus menggigit kuku jempolnya dengan gelisah. Di depannya kini sudah ada Sulis anak jurusan IPS 3 yang kesurupan.
Gadis itu terus berteriak-teriak, diselingi tertawa dan menangis silih berganti.
Dan Safira--sebagai cucu dari pemangku adat yang terkenal memiliki ilmu yang berkaitan dengan hal mistis--diminta untuk menangani hal ini. Para guru sudah kewalahan menghadapi Sulis. Beberapa temannya yang mencoba memegang gadis itu pun ikut menjadi korban cakaran dan tendangan. Gadis itu seolah memiliki kekuatan super yang bisa melawan kekangan orang lain.
Safira adalah harapan terakhir. Setidaknya guru agamanya bilang begitu. Setan yang merasuki Sulis adalah penunggu toilet anak perempuan yang sangat kuat.
Namun, masalahnya, jangankan bisa mengusir setan, melihatnya saja Safira tak bisa. Kakeknya tahu Safira tak mewarisi secara alami kelebihan keluarganya. Karena itu Apuk Mardi menolak menurunkan ilmunya pada Safira sebelum gadis itu berumur delapan belas tahun. Ada ritual khusus yang akan dilakukan di laut. Di tengah ombak. Ritual itu sangat berat, jadi Safira harus dipastikan kuat secara mental terlebih dahulu untuk bisa melakukannya.
Karena itu, kini Safira kebingungan setengah mati. Tak bisa mengusir setan perempuan itu akan membuat nama baiknya rusak. Keluarganya sudah terkenal sejak lama dengan kemampuan menghadapi hal-hal ghaib semacam ini. Jika tidsk berhasil, maka dirinya akan menjadi orang pertama yang gagal.
"Hihihi ... hahahah ... hihihi ...."
"Kenapa dia malah seperti sedang paduan suara?" Safira menyugar rambutnya. Tadi ia meminta semua orang keluar dari ruangan UKS itu. Alasannya adalah proses penyembuhan ini tidak boleh dilihat siapapun, padahal yang sebenarnya adalah Safira tak mau orang tahu dirinya kebingungan.
"Hihihi ... huhuhuhu ... huhuhuhu ...."
"Tadi tertawa, sekarang menangis. Dasar setan labil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Ombak
Romance(DALAM PROSES PENERBITAN) Ombak tak bisa dikejar, sama seperti tak dapat digenggam. Kakeknya mengatakan itu pada Safira. Namun, perasaanya yang terlalu besar membuatnya bebal. Hingga di suatu hari Safira dihantam kenyataan, Ombak memang selalu data...