Part 24

7.6K 1.8K 104
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Bahas ncuncu donk🤣😭




















🌊🌊🌊

Safira mengendap-mengendap menuju kamarnya. Ia tak mau sampai ketahuan pulang telat lagi. Selama ini Safira sukses menampilkan kesan cucu yang patuh pada kakeknya.

Tadi Ombak menurunkannya di bawah rimbunan bambu. Suaminya tampak kesal karena tak diperbolehkan mengantar Safira hingga ke rumah. Namun, apa boleh buat. Untuk saat ini mereka memang belum memiliki pilihan.

Safira sudah memegang handle pintu saat suara Nung Astiti terdengar. Wanita itu terperanjat dan memegang dadanya yang naik terun berusaha mengatur napas.

"Nung ..., saya kaget sekali."

"Maaf, Nak. Tapi Nung ingin berbicara."

"Tidak bisakah nanti, Nung? Saya ingin mengganti pakaian." Safira merasa malu menerima tatapan paham dari Nung Astiti. Wanita itu pasti tahu apa yang sudah dilewati Safira hari ini.

Safira harus segera membersihkan diri. Bahkan saat ini tubuhnya beraroma cologne Ombak. Safira memang mengatakan tidak akan memberi Ombak menyentuhnya tadi, tapi pada akhirnya luluh juga. Mereka bercinta di teras, di atas selimut, dan diterpa cahaya senja.

"Kakekmu belum pulang. Jadi kita bisa bicara sebentar. Jika menunggu, bisa-bisa kita tak punya kesempatan."

"Syukurlah kalau begiti. Saya sudah khawatir tadi. Jadi Kakek akan pulang malam lagi, Nung?" Sampai sekarang sikap kakeknya masih dingin pada Safira. Apuk Mardi sebisa mungkin tak mengajak cucunya berbicara.

Nung Astiti mengangguk. "Ba'da maghrib."

Musim panen memang segera datang. Apuk Mardi biasanya menunggui ladang seharian dan akan pulang setelah maghrib, itu pun cuma sebentar. Dia akan kembali ke ladang dengan membawa bekal.

Pencurian di ladang sering terjadi mendekati panen. Tahun tanam lalu, Pak Amin kehilangan setengah hasil ladangnya yang siap dipanen. Jadi sekarang, semua petani berlomba-lomba untuk menjaga tanaman mereka. Terlebih, ini tahun terakhir penanaman jagung bagi sebagian besar petani. Karena musim tanam berikutnya akan digunakan untuk menanam tebu kualitas terbaik sebagai bahan baku pabrik gula.

Pengaturan waktu ini jujur saja membuat Safira dan Ombak memiliki wakti berdua. Apuknya tidak pernah di rumah, hingga tidak tahu Safira bersama siapa. Namun, dirinya tetap berhati-hati agar tidak ketahuan.

"Baiklah kalau begitu."

"Di kamarmu saja, Nak."

Mereka masuk ke kamar Safira dan duduk di tepi ranjang.

Mengejar OmbakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang