"Bang, jangan, Bang. Kita harus bicara dulu. Ada hal yang penting."
Yasri tak mempedulikan penolakan Endang. Lelaki itu terus berusaha menciumi dada wanita selingkuhannya yang sudah terbuka. Nafsunya sudah tak tertahankan.
"Bang ... hentikan. Kita benar- benar harus bicara."
"Nanti saja. Aku sudah kangen, Dek. Tak tahan rasanya."
Yasri membaringkan Endang di atas lantai kayu rumah pondok di tengah ladang jagung itu. Buru-buru dia melucuti celananya.
Yasri mendesah puas mirip suara binatang saat berhasil memasuki Endang. Lelaki itu melebarkan paha Endang dan bergerak membabi buta, tak lama kemudian dia mencapai klimaks dan menumpahkan benihnya di atas perut wanita itu.
Endang buru-buru merapikan diri. Meski begitu, Yasri tak mengizinkan Endang mengancing kemejanya. Wanita itu tak menikmati persetubuhan mereka kali ini, tapi seperti biasa tidak bisa menolak.
Meski sangat tergila-gila pada Yasri hingga tega bermain serong dari suaminya, tapi ada hal yang lebih mendesak hingga Endang tak bisa menyamai gairah Yasri.
"Ada apa? Kamu terlihat tidak puas. Apa aku kurang kuat mainnya?" tanya Yasri dengan mesum. Lelaki itu masih memainkan dada Endang.
Endang tidak terlalu cantik, tapi berdada montok. Tidak seperti istrinya yang kurus dan tak menarik. Selain itu goyangan Endang terutama saat berada di atas membuat Yasri senang sekali. Oleh sebab itu, minimal dua kali seminggu Yasri selalu meminta bertemu dengan Endang untuk menghangatkan dirinya.
"Tidak, Bang. Tidak sama sekali. Abang selalu hebat. Membuat saya ketagihan."
Girang sekali hati Yasri karena Endang memuji keperkasaanya.
"Lalu apa yang membuatmu seresah ini, Dek?"
"Kak Abdul, Bang."
"Ada apa dengan suamimu yang loyo itu?"
Yasri memang tak segan-segan menghina Abdul. Selain karena suami Endang itu hanya pekerja di ladang jagung yang berarti bawahannya, Abdul pun loyo di ranjang, tak lernah berhasil memuaskan Endang yang bergairah besar. Informasi itu Endang sendiri yang memberitahunya.
"Kak Abdul sepertinya curiga pada kita, Bang"
"Curiga bagaimana?"
"Saya merasa Kak Abdul punya firasat soal kita."
"Jelaskan. Kenapa bisa itu terjadi. Bukankah aku sudah menyuruhmu hati-hati?"
"Saya memang sudah sangat hati-hati, Bang. Tapi malam jumat kemarin, saat jaga malam di tempat penggilingan, Kak Abdul ternyata sempat pulang karena lupa membawa jaket. Tentu saja saya tidak membuka pintu karena kita sedang di ladang jagung."
Yasri memaki, tidak menyangka kejadian itu bisa terjadi.
"Para tetangga juga sudah mulai bergosip karena saya sering keluar. Bagaimana kalau Kak Abdul sampai tahu, Bang?"
"Dia tidak akan tahu. Kamu tenang saja. Kita akan mencari solusinya. Abang akan memastikan rahasian ini tak terbobgkar."
*****
Yasri berpikir keras. Ini adalah bencana. Suami Endang sudah mulai curiga. Dan jika ada satu saksi mata saja yang melihatnya bersama wanita itu maka Yasti akan habis.
Cucu Apuk Mardi.
Yasri memijit kepalanya. Dia tak bisa bertindak sembarangan pada cucu pemangku adat itu. Meski dirinya seorang mandor, tapi Apuk Mardi bukan orang biasa. Ilmunya sangat tinggi. Bisa-bisa nyawa Yasri melayang jika sampai mengganggu cucu kesayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Ombak
Romansa(DALAM PROSES PENERBITAN) Ombak tak bisa dikejar, sama seperti tak dapat digenggam. Kakeknya mengatakan itu pada Safira. Namun, perasaanya yang terlalu besar membuatnya bebal. Hingga di suatu hari Safira dihantam kenyataan, Ombak memang selalu data...