Apdet tengah malam, aing kezapean. Yang follow di IG pasti tau betaoa riweh Inak hari ini.🌊🌊🌊
Suara muntahan itu membuat Ombak terbangun. Dia segera berlari menuju kamar mandi. Dia menemukan Safira sedang mencuci mulutnya di wastafel.
"Fira, kamu sakit?" Ombak berusaha menyetuh Safira, tapi langsung ditepis. "Safira ada apa?" tanya Ombak terkejut melihat reaksi istrinya.
"Jangan menyentuhku!" Safira menatap Ombak penuh rasa terluka di dari cermin. "Jangan pernah menyentuhku lagi."
Ombak langsung membalik tubuh Safira. Dia sungguh tak mengerti kenapa istrinya kembali bersikap seperti ini. Tadi mereka baik-baik saja. Safira memang sedikit lebih pendiam, tapi Ombak simpulkan itu karena kelelahan saja.
"Ada apa lagi? Kenapa kamu bersikap menyebalkan sekali?"
"Menyebalkan?" Safira mengusap air matanya. "Kamu bepikir ini hanya sikap menyebalkan?" Safira mendorong dada Ombak. "Jangan bicara denganku!"
"Kamu tidak bisa memerintahku seenaknya setelah bersikap seperti ini. Sekarang katakan apa lagi kesalahanku kali ini?!"
"Kamu adalah kesalahan."
Ombak membeku. Ucapan Safira benar-benar menyakitkan.
Safira memanfaatkan itu untuk melewati Ombak keluar dari kamar.
"Tunggu apa maksudmu?!" kejar Ombak. "Berhenti dan jawab aku!"
Safira tak memedulikan Ombak. Ia meraih tas dan keluar dari kamar.
"Berhenti! Kamu mau kemana malam-malam begini?! Safira!" Ombak berusaha menghalangi istrinya.
"Lepaskan aku. Sudah kukatakan jangan menyentuhku!" Safira menepis tangan Ombak yang menahannya.
"Kamu gila ya? Terus marah tanpa alasan. Ada apa sebenarnya denganmu?!"
Suara pertengakaran mereka rupanya membangunkan seisi rumah. Orang tua Ombak dan Langit keluar dari kamar masing-masing.
"Ada masalah apa ini?" tanya Pak Irfan.
"Saya mau pulang," ujar Safira berurai air mata. "Tolong biarkan saya pulang."
"Ini sudah tengah malam, Nak. Kenapa kamu tidak menunggu besok? Lagi pula pergi dalam keadaan marah bukan hal yang baik.""
"Saya mau pulang. Saya tidak mau di sini. Tolong biarkan saya pulang, Pak. Saya mohon."
"Ada apa, Nak? Apa yang terjadi?" tanya Bu Delima yang mendekati Safira. "Katakan pada kami, kenapa kamu seperti ini?"
"Saya mau pulang. Saya mau pulang
Bu Delima saya tidak sanggup lagi. Biarkan saya pulang. Saya mohon.""Kamu tidak akan pulang! Kamu tidak akan kemana-mana!" teriak Ombak. "Kamu Istriku. Kamu akan tinggal di tempatku!"
"Aku tidak mau!"
"Apa maksudmu?!"
"Aku tidak mau jadi Istrimu!"
"Sialan, apa maksudmu?!"
"Ombak, hentikan! tenang," perintah Pak Irfan yang melihat Ombak merangsek maju. Untung ada Langit yang menahannya. "Masalah tidak akan selesai jika kalian terus saling meneriaki."
"Saya mau pulang. Saya mau pulang. Tolong biarkan saya pulang. Saya mohon ...." Safira meronta dalam pelukan Bu Delima.
Pak Irfan mengangguk. Dia tahu kondisi ini akan bertambah buruk jika Ombak dan Safira dipaksakan bersama. "Langit, antar Safira pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Ombak
Romance(DALAM PROSES PENERBITAN) Ombak tak bisa dikejar, sama seperti tak dapat digenggam. Kakeknya mengatakan itu pada Safira. Namun, perasaanya yang terlalu besar membuatnya bebal. Hingga di suatu hari Safira dihantam kenyataan, Ombak memang selalu data...