Serius kalian harus ingetin inak jadwal apdet. Inak bener-bener lupa🤦♀️🌊🌊🌊
"Selamat datang cucu-cucu Nenek yang cantik dan tampan." Bu Delima mencium Ettan dan Hayi satu per satu. Kedua anak kembar menggemaskan itu memeluk Nenek mereka bergantian, setelah sebelumnya menyalami dengan takzim.
Ettan si sulung adalah anak yang sopan. Sedangkan Hayi sangat ceria. Bu Delima selalu menyukai momen bertemu dengan mereka.
"Ettan dan Hayi akan menginap di sini, Bi," terang Ombak
Bu Delima menatap tas besar yang dibawa oleh anak tirinya. "Menginap?"
"Iya."
"Apa itu berarti ibu mereka mengizinkan."
"Tentu saja, Bi. Saya tidak mungkin menculik mereka kan?"
Bu Delima mengulum senyum. "Bagus sekali. Kabar yang luar biasa. Kalau begitu Bibi akan meminta Bi Sulas untuk menyiapkan kamar mereka."
"Adik boleh tidur sama Ayah nggak?" celetuk Hayi. "Soalnya kan Ayah janji mau dongengin."
"Adik sulit bisa tidur di tempat baru kalau Ibu nggak ada. Kita kan nggak pernah dikasi nginap-nginap sebelumnya. Jadi Adik nggak terbiasa." Ettan berusaha menjelaskan. Sebagai kakak, bocah itu merasa sudah tanggung jawabnya untuk memberitahu orang lain tentang kondisi adiknya.
"Tapi di rumah ini ada kamar lain yang bagus. Ranjangnya dua, Sayang. Nenek yakin Ettan sama Hayi pasti suka."
"Tidak apa-apa, Bi. Mereka akan tidur bersama saya."
"Tapi apa ranjangnya muat? Kamu kan tidak pernah mau ranjangnya diganti."
Ranjang Ombak masih seperti ranjangnya saat SMA dulu. Ukurannya memang cukup untuk dua orang dewasa, tapi tidak terlalu besar. "Tidak apa, Bi. Saya yakin muat." Ombak berencana tidur beralas karpet nanti setelah anak-anaknya terlelap. Dia ingin memastikan Ettan dan Hayi merasa nyaman dan terlindungi.
"Kalau begitu, biar pakaian Ettan dan Hayi diurus Bu Sulis. Nenek baru selesai memanggang kue, pasti kalian mau mencicipi kan?"
Kedua bocah itu mengangguk antusias.
"Adik juga bawa sayur buat Nenek. Tomat dan terung. Bayam juga ada. Adik yang petik sama Ayah."
"Kakak kan juga ikut petik," tukas Ettan
"Iya, Kakak juga ikut, Nek."
"Hebat. Terima kasih sayang. Sayurnya akan Nenek masak bersama Nak Mahnin untuk makan malam. Kalian suka sayur kan?"
"Sedikit," balas kedua bocah itu dengan kompak.
Bu Delima dan Ombak tertawa mendengarnya.
*****
"Ayah beruang harus pergi mencari madu ke dalam hutan yang gelap dan penuh monster."
Mata Hayi melebar dipenuhi teror, sedangkan Ettan tampak luar biasa tegang. Ombak berdehem, bersiap untuk melanjutkan cerita karangannya. Kedua bocah itu menolak dibacakan buku dan malah meminta ayah mereka untuk mendongeng.
Ombak yang tak pernah bisa dan mau mengecewakan putra-putrinya, berusaha memeras otak untuk merangkai sebuah cerita.
"Dengan cakarnya yang tajam, ayah beruang menghalau semak belukar dan draunan lebat. Akhirnya dia sampai di depan sebuah gua, di mana sarang berisi madu penuh berada."
"Ayah ...," sela Ettan dengan kening berkerut.
"Iya, Nak?"
"Bukannya sarang lebah dibuat di dahan pohon ya? Lebah kan yang buat madu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Ombak
Romance(DALAM PROSES PENERBITAN) Ombak tak bisa dikejar, sama seperti tak dapat digenggam. Kakeknya mengatakan itu pada Safira. Namun, perasaanya yang terlalu besar membuatnya bebal. Hingga di suatu hari Safira dihantam kenyataan, Ombak memang selalu data...