"Kamu melihat cewek yang bersama bersama Ombak tadi? Wuihhh ... seksi sekali!"
Safira hampir tersedak. Dia urung kembali meneguk teh botolnya. Apa yang disampaikan Gita membuatnya terkejut.
"Tidak. Aku kan telat datang. Tapi anak-anak lain heboh membicarakannya."
"Iya, dia memakai celana ketat. Benar-benar seperti kulit menempel dan tidak terlihat risih. Karena itu aku menjulukinya si seksi."
Si seksi? Siapa yang mereka sedang bicarakan.
Safira memutuskan memasang telinga.
Mereka tengah berada di kantin. Meski Ujian Nasional telah usai, anak-anak kelas 12 masih bisa ke sekolah. Tentunya lebih banyak untuk menghabiskan waktu dan menciptakan kenangan terakhir bersama teman-teman mereka. Namun, hal itu dilakukan Safira agar bisa bertemu Ombak.Kemarin mereka berjanji akan terus masuk ke sekolah. Dari sekolah mereka akan berangkat ke rumah belanda. Sudah tak perlu belajar lagi, membuat guru-guru tidak terlalu meperhatikan kelas tiga.
Namun, apa yang didengarnya tadi, membuat semangat Safira luntur. Ia sudah memaksakan diri untuk datang ditengah badai pening dan mual. Jadi bukan kabar ini yang ingin didengarnya.
"Si seksi yang kamu sebutkan tadi namanya Sysha," ujar Mia.
"Tahu dari mana kamu?" tanya Gita penasaran.
"Tahulah. Ingat, meski hidup kami bagai bumi dan langit, tapi Ombak itu tetap tetanggaku."
"Siapa Syhsa?" tanya Safira tak bisa menahan diri.
Kedua temannya langsung memberi tatapan penuh arti.
"Kamu benar-benar suka Ombak ya?" tanya Mia. Ada ekspresi prihatin di wajahnya. "Ini kali pertama kamu tertarik pada hubungan orang lain."
Safira tak menjawab.
"Kasihan. Pasti sulit rasanya menyukai lelaki yang sangat berbeda dalam segala hal denganmu. Kenapa kamu tidak berpacaran dengan anak lelaki yang lain saja? Ombak itu terlalu jauh bila dibandingkan dengan kita. Perasaanmu hanya akan bertepuk sebelah tangan."
Dia suamiku! Ingin rasanya Safira meneriakkan hal itu. Namun, rasa mual menyebabkan Safira mengurangkan niat. Ia tak berani buka mulut karena takut muntah.
"Mia, Safira sampai pucat mendengar ucapanmu. Jangan sekejam itu," tegur Anggita.
"Astaga maafkan aku. Sama sekali tidak ada niat buruk. Aku hanya mengatakan hal itu karena tahu hubungan Ombak dengan Sysha."
"H-hubangan apa?" tanya Safira dengan dada yang berdentam.
"Bu Delima kan berteman dengan Ibuku. Karena ibu tiri Ombak itu adalah orang yang sangat baik dan bersahabat. Kemarin Ibuku melihat Sysha dan bertanya pada Bu Delima. Ternyata Syhsa itu anak dari kerabat almarhumah ibu kandung Ombak. Tapi kamu tahu yang lebih mengejutkan?"
"Apa?"
"Ternyata dia adalah pacar Ombak!"
Jantung Safira terasa baru saja ditancapkan sebuah pisau.
"Kamu serius, Mia?"
"Untuk apa aku berbohong? Aku saja terkejut. Dia ke sini karena tahu Ombak sudah selesai ujia. Mereka mau merayakan itu. Dia mau memberi kejutan. Kabarnya bahkan nanti Ombak akan kuliah di tempat Syhsa kuliah. Meski lebih tua dari Ombak, tapi mereka sangat serasi. Katanya juga, mereka dijodohkan sejak kecil."
"Ibu tiri Ombak menceritakan itu semua pada Ibumu?"
"Tentu saja tidak, Git. Informasi panjang tadi didengar Ibuku dari pembantu keluarga Ombak. Mereka bergosip saat membeli sayur."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Ombak
Romance(DALAM PROSES PENERBITAN) Ombak tak bisa dikejar, sama seperti tak dapat digenggam. Kakeknya mengatakan itu pada Safira. Namun, perasaanya yang terlalu besar membuatnya bebal. Hingga di suatu hari Safira dihantam kenyataan, Ombak memang selalu data...