35

7.3K 2.1K 247
                                    

Inak baru ngeh nggak apdet kemarin, kagak ada yang ingetin sih.😆


🌊🌊🌊

"Apa yang sedang kamu lakukan?"

"Astaga Tuhan. Astaga!"  Safira memegang dadanya. Keranjang bunga yang ia bawa telah jatuh. Kamboja-kamboja yang dikumpulkannya semenjak tadi, kini berserakan di tanah.

Safira melotot. Ombak memiliki kebiasaan mengejutkannya. Kebiasaan buruk yang bisa membuat orang lain terkena serangan jantung.

"Tidak bisakah kamu bersuara jika datang? Jangan tiba-tiba muncul seperti setan."

"Aku sudah bersuara. Aku bahkan memanggil namamu beberapa kali. Dan kamulah si anak setan, jadi jangan terkejut berlebihan."

Safira menyipitkan mata. Ia sama sekali tak mendengar Ombak tadi. Wanita itu kemudian berjongkok, memunguti kembali bunga-bunganya.

Anak setan katanya? Safira heran kenapa Ombak belum juga menanggalkan panggilan itu. Jima sampai didengar anak-anak mereka bagaimana?

"Kamu belum menjawabku. Apa yang kamu lakukan di sini?"

"Menurutmu?"

"Aku tidak tahu. Sejujurnya kamu  terlihat sangat mencurigakan. Seperti pencuri kain kafan."

"Heh kamu bicara apa?"

"Kamu berkeliaran di area kuburan. Dan ini termasuk kuburan paling angker."

"Kamu juga berkeliaran di area kuburan. Bahkan di antara kita berdua kamulah yang lebih cocok dianggap pencuri kain kafan."

"Rasis berdasarkan gender. Kenapa lelaki harus menerima hal itu?"

Safira memutar bola mata. Ia cemberut saat melihat salah satu bunga kambojanya itu patah di bagian kelopak. Semua ini gara-gara Ombak.

"Dari mana kamu tahu aku di sini?"

"Aku dalam perjalanan ke pabrik saat melihat sesosok makhluk berkebaya putih tengah berjongkok-jongkok diantara kuburan. Karena aku tahu hanya satu manusia yang memiliki kebiasaan aneh seperti itu, aku langsung tahu dia adalah mantan istriku. Tapi jika kamu ingin alasan detailnya, tentu saja karena aku mengenal bentuk tubuhmu."

"Tidak perlu. Aku tak butuh detail apapun," jawab Safira sembari menyunggingkan senyum sebal.

"Untuk apa bunga-bunga ini?" tanya Ombak yang juga sudah berjongkok. Dia hendak membantu memunguti, tapi Safira menahan tangannya.

"Jangan disentuh!"

"Kenapa? Tanganku bahkan lebih bersih dari bunga yang sudah terkena tanah kuburan ini."

"Pokoknya jangan."

"Kamu membuatku curiga dan bergidik."

Safira mengabikan ucapan Ombak.

"Jangan bilang kamu sedang mendalami sesuatu ilmu."

"Ilmu apa?"

"Ilmu pelet misalnya. Karena aku  tidak pernah bisa tidur karena memikirkanmu. Jujurlah, kamu memeletku bukan?"

Safira terperangah, sebelum kemudian tertawa terbahak-bahak. "Dasar gila!" ucap wanita itu setelah puas tertawa.

"Benar, kamu membuatku gila. Jika memejamkan mata hanya wajahmu yang terbayang."

"Ombak," sela Safira dengan sabar.

"Apa?"

"Aku bukan gadis  tujuh belas tahun yang akan mudah termakan gombalanmu."

Mengejar OmbakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang