Part 28

8.1K 1.8K 267
                                    

Jan lupa konci pintu yakh!🤭

Kagak diedit ya

🌊🌊🌊

Safira memekik. Dorongan Ombak begitu dalam hingga tubuhnya tersentak. Punggungnya yang basah menempel di dinding sementara tangannya memeluk kepala Ombak yang masih menjilati lehernya.

Tubuh mereka basah. Pancuran air membuat semuanya licin.  Harusnya mereka  kedinginan. Namun, mereka berdua justru makin terbakar. Suara kulit yang beradu, panas yang dibagi dan desahan diantara lumatan.

Safira menangis. Menangis untuk  perasaan cinta yang sangat besar untuk Ombak.

Ini luar biasa. Percintaan yang tak pernah Safira bayangkan. Luapan emosi membuat kenikmatan membanjiri mereka. Belitan kaki Safira di pinggang Ombak mengerat seiring gerakan lelaki itu yang bertambah cepat.

*****

Safira membelai dada Ombak. Tubuh telanjang mereka hanya tertutup selimut. Ranjang lelaki itu menjadi tempat ternyaman setelah badai kenikmatan itu menerpa.

Mereka bercinta dua kali, pertama di meja belajar, kedua di kamar mandi. Sekarang Safira merasa lemas dan mengantuk. Berada dalam pelukan Ombak terasa luar biasa memanjakan. 

Pendingin ruangan dimatikan. Jendela terbuka menjadi satu-satunya hal yang mampu membawa rasa sejuk. Semilir angin menebarkan horden putih tipis.

Safira menyukai suasana ini. Ia yakin ini akan menjadi salah satu kenangan yang tak mampu dilupakan. Berada dalam pelukan Ombak di suatu sore yang tenang.

"Kami pernah berpacaran."

Belaian Safira terhenti. Ia tak menyangka bahwa Ombak akan membimcarakan Sysha dalam momen ini.

"Ombak ... nanti saja."

"Tidak. Harus sekarang. Aku tak mau ini menjadi hal yang akan mengganjal di masa depan."

Safira mengangguk.

"Kami tumbuh bersama. Aku, Sysha dan Langit. Ibuku sangat menyayanginya dan kami bertetangga, jadi bisa dikatakan dia berada di rumahku hampir setiap hari.  aku menganal Sysha dengan baik, iya setidaknya aku berpikir begitu dulu."

Safira masih mendengarkan. Sejujurnya sangat berat rasanya mendengar sang suami membahas wanita lain, meski itu untuk sebuah penjelasan.

"Saat Ibu mulai sakit, Syhsa selalu ada. Berusaha menghibur dan menguatkanku. Kami akhirnya menjalin hubungan. Karena saat itu dia menjadi tempatku bersandar. Tapi kemudian dia mengkhianatiku. Dengan  teman sekelasku. Hari itu juga aku menganggap hubungan kami berkahir. Aku meninggalkannya."

"Tapi dia tak mengira ini berakhir?"

"Kurasa begitu. Sampai kemarin. Dia tahu aku telah memiliki istri sekarang. Dia harus mundur."

"Dia dipaksa mundur."

"Dia tak memiliki alasan apapun untuk maju."

"Cintanya padamu."

"Aku tidak percaya cinta. Itu hanya perasaan sesaat yang berpotensi menyakitimu lebih hebat nantinya."

Safira membeku mendengar pernyataan suaminya.

Ombak tidak percaya cinta. Lalu alasan apa yang membuat lelaki itu bersedia bertahan dengannya? Memperlakukannya dengan sebaik ini?

Tanggung jawab atau sebuah kesenangan baru. Jika dipikir-pikir sejak awal, hubungan mereka dimulai dengan berbagai kejadian yang memacu adrenalin. Apakah Safira hanya sebatas teman mencari kesenangan di tempat terpencil ini bagi Ombak?

Mengejar OmbakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang