Annyeong
Jangan lupa votmen (vote komen)
•••
Anya saat ini berlarian memasuki rumah sakit di dampingi oleh Darel dan pak Bram yang juga ikut berlari menuju ruang ICU. Anya berlari sambil menyeka air matanya yang terus menetes membasahi kedua pipinya saat berada di depan ruang ICU langkah Anya terhenti nafasnya memburu , bertepatan dengan itu. Dua orang di bawa keluar dari ruang ICU dengan badan yang sudah memucat karena kehilangan banyak darah. Saat Anya melihat ke arah pintu iya ingin melangkah tapi takut untuk melihat.
Anya terhenti menatap kedua orang tuanya yang sudah tak bernyawa lagi hanya air mata yang terus menerus menetes dari kedua matanya iya bahkan sampai tidak bisa berkedip hanya menangis sesenggukan. Nafasnya tak karuan , iya sesak seperti ada yang mencekik lehernya.Kemudian Darel menghela nafasnya pelan lalu memegang pundak Anya yang mulai bergetar hebat akibat menangis.
"Aii..." Lirih Darel membuat Anya semakin menangis lalu perlahan-lahan Anya berjalan menuju pintu ruang ICU di sana ada dokter yang tengah menatap Anya dengan tatapan merasa kasihan dan merasa bersalah akibat tidak bisa menyelamatkan pasien.
"Saya mohon maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi Tuhan berkehendak lain, kedua nya di nyatakan meninggal pada pukul 8:23 pagi ini..." Ucap sang dokter menjelaskan lalu menunduk untuk memberikan hormat.
Anya sudah tidak tahan saat itu juga iya langsung memeluk kedua orangtuanya yang sudah pucat dan membiru. Perlahan Anya membuka kain putih yang menutupi wajah kedua orangtuanya.
"Aaaa... Aa...ayah..... kumohon bangun.. Anya mohon...."
"Hiiiiikkkkkkssss.. ibuuu....ayahhhhh!!"
"Aaaaaaaaaaghhh!!! Ibuuu ayahh aku mohon jangan tinggalin Anya sendiri! Anya takut....hikkksss...." Ucap Anya dengan tubuh dan suara parau bergetar, lalu menangis sejadi-jadinya Darel yang tak tega melihat itu langsung menarik lengan Anya dan memeluknya, di sana Anya langsung menghamburkan tubuhnya ke tubuh Darel iya menangis di pelukan Darel.
"El..... hikkksss..."
Darel tidak bisa lagi mengatakan apapun iya hanya bisa memeluk Anya sambil membuat nya tenang, iya juga menangis sambil memeluk Anya.
"Kalau begitu saya permisi ingin membawa mendiang ke ruang mayat sebelum di pulangkan, dan ini barang-barang dari mendiang mohon di terima...." Ucap sang dokter sambil menyodorkan sebuah tas dan juga amplop coklat tua ke pada sekretaris Bram. Lalu dokter dan juga para perawat segera membawa keduanya menuju ruang mayat.
Sedangkan Anya masih menangis sesenggukan sampai tidak bisa menahan tubuhnya, iya terjatuh tapi untung saja Darel memeluknya dengan erat, Anya tidak tahan hatinya benar-benar sakit iya merasa ini tidak adil. Dia merasakan bahwa dunia sangat kejam pada dirinya mengapa semua terjadi dalam sekejap mata. Saat menutup mata bayang-bayang mimpi buruk terus berdatangan dan saat membuka mata mimpi buruk itu terjadi dengan nyata.
"Non... Ini barang-barang milik nyonya Ira dan juga tuan Tomo..." Kemudian pak Bram memberikan Anya barang yang tadi di titipkan oleh dokter. Dengan tangan yang sedikit bergetar Anya meraihnya lalu meremas barang-barang milik kedua orangtuanya menangis sejadi-jadinya.
Kemudian Darel mengelus pundak Anya pelan , tak lama ponsel Darel berdering lalu dengan cepat Darel mengangkat telfonnya.
"Tunggu sebentar aku mau angkat telfon dulu..." Kemudian Darel berdiri dan sedikit menjauh untuk mengangkat telfonnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
DAREL AKSARA PRASETYA
Roman pour Adolescents(PART MASIH LENGKAP!) Anya- "El seharusnya kita nggak bersama" Darel- "Apa maksud kamu?" Anya- "Kita beda keyakinan El...." Cinta dengan perbedaan antara keyakinan Tuhannya benar-benar sangat hurts for both:))