BAB 31
•••
Hari ke lulusan
Agaknya hari ini tampak menjadi momen terbahagia bagi pelajar di mana mereka sudah melepaskan masa remaja dan kembali mencari kesibukan yang lain. Tapi sepertinya hari kelulusan ini berbeda makna bagi Anya, Ares, Dio dan Lola hari kelulusan bagi mereka adalah hari kematian di mana sahabat, saudara serta orang yang di sayangi pergi untuk selamanya.
Tepat 2 Minggu yang lalu hari ini setelah ujian Nasional yang terlaksanakan Darel Aksara Prasetya meninggal dunia sebelum hari kelulusannya para guru dan murid lainnya berbelasungkawa atas kepergian salah satu murid/temannya kini mereka berdoa bersama di lapangan untuk mendoakan Darel semoga tenang di alam sana.
Beberapa murid kini sibuk berfoto setelah menerima beberapa penghargaan dan juga raport mereka tapi berbeda dengan Anya setelah iya mendapatkan raport nya iya langsung pulang dengan keadaan lesu badannya terasa berat dan dingin iya juga menggigil menahan dingin di sekujur tubuhnya setelah itu iya langsung membasuh wajahnya terlihat sekali iya begitu pucat Pasih. Kemudian Anya memegangi dahinya saat merasakan panas di dahinya itu iya kemudian menghela nafasnya pelan lalu berjalan menuju kamar tidurnya, berbaring di atas sana sambil memakai selimut tebal.
Drrrttt....Drrrrttt
Deringan telfon yang berasal dari ponsel Anya itu terus berbunyi membuat Anya kembali terbangun dan meraih ponselnya.
Dio Calling.....
Segera Anya mengangkat panggilan telfon itu dari Dio dengan lemasnya iya kembali berbaring dan menyimpan benda pipih itu di telinganya.
"Lo dimana?..."
"Gue di rumah..."
Suara Anya terdengar sedikit serak kemudian iya terbatuk.
"Lo kenapa? Lo baik-baik aja kan?..."
"Gue ke rumah Lo yah sama anak-anak yang lain...""Nggak! Nggak usah gue nggak mau repotin kalian gue baik-baik aja cuman butuh istirahat— uhukk....uhuukk..."
Batuk Anya semakin parah bahkan kepalanya terasa pusing sekarang, setelah nya itu Anya pun terbangun kepalanya terasa amat pening sampai iya memegangi nya dan mengereng.
"Halo? Anya! Anyaa!!..."
Tut...Tut...Tuttt.....
Panggilan telepon langsung terputus, kini Anya semakin batuk dan suhu tubuhnya juga tak stabil. Badannya begitu panas saat ingin berdiri mengambil segelas air di dapur dengan penglihatan yang sedikit rabun iya menggelengkan kepalanya.
"Kok bisa ada darah..." Ucap Anya saat menyadari ada bercak darah di lantai iya pun menunduk dan tak lama iya merasakan ada sesuatu yang keluar dari lubang hidungnya ternyata darah yang menetes saat ini berasal dari sana. Dengan cepat Anya berlari untuk mengambil tissue di meja makan tapi saat ingin meraihnya kepalanya semakin sakit membuat Anya tak sanggup menopang tubuhnya lagi iya terjatuh di lantai , iya pingsan dan tak sadarkan diri dengan darah yang mengalir di lubang hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DAREL AKSARA PRASETYA
Teen Fiction(PART MASIH LENGKAP!) Anya- "El seharusnya kita nggak bersama" Darel- "Apa maksud kamu?" Anya- "Kita beda keyakinan El...." Cinta dengan perbedaan antara keyakinan Tuhannya benar-benar sangat hurts for both:))