SA.765.2

Cemburu

Episode 27

"Aku pulang," Sojung mendengarnya, tentu saja. Suara favoritnya dan frasa yang selalu dinanti, tapi ada satu hal lagi yang masih dia tunggu, "sayang..?"

Nah itu dia.

"Iya," balasnya sebelum suara merdu itu berubah menjadi bawel.

Sojung memperlihatkan kepalanya dari balik pintu kamarnya sebagai tanda kalau dia mendengar sapaan Seokjin. Memberikan senyuman manis karena sore itu Seokjin pulang sesuai jadwal, tidak lembur atau alasan lainnya.

Seokjin membalas senyuman calon istrinya itu, lalu menaruh tas kulit berisi dokumen-dokumen pentingnya dan kemudian duduk di sofa.

"apa..?" Sojung yang ikut duduk di sebelah Seokjin melihat heran Seokjin yang malah senyam-senyum tidak berhenti melihatnya.

"enggak," jawabnya, tapi masih menyunggingkan senyumannya.
Sojung menyugar rambut panjangnya dan menaruhnya ke sisi kirinya supaya dia bisa balas memandangi calon suaminya yang menurutnya lumayan aneh tiba-tiba itu.

Kalau soal Seokjin dia tidak bisa untuk tidak overthinking karena kebiasaan nge-random pria itu. Ga pernah membosankan kalau berurusan dengan Seokjin.

"Ga apa-apa. Aku lagi seneng aja, karena bisa pulang tepat waktu," ujar Seokjin lalu menyodok pipi tirus Sojung menggunakan telunjuknya. "Aku bisa pulang cepet dan kita bisa berduaan lebih lama.."

"Eh."

Sojung melemparkan rambutnya sampai mengenai wajah Seokjin mendengar bualan calon suaminya itu.

"Berarti kamu nanti pulang ke rumah kan?" Sojung mengkonfirmasi, "aku sendirian di apartemen," lanjutnya. Mengambil kesimpulan lewat perkataan Seokjin sebelumnya.

'..berduaan lebih lama..' berarti ada batas waktu untuk malam ini dan berakhir Seokjin yang tidak menemaninya.

"hm," Seokjin hanya bisa berdehem singkat tidak bisa mengelak dan merasa bersalah pada tunangannya itu. "Aku ada file yang harus di simpan di brangkas appa, jadi harus pulang. Eh iya tadi katanya kamu udah mulai ngurusi soal dekorasi ya?" Ucapnya kemudian, tidak mau berlama-lama membuat sebal Sojung jadi dia langsung mengganti bahan pembicaraan.

"tau darimana?" Sojung akhirnya mau menatapnya lagi, dia kemudian duduk menyandar dan secara otomatis lengan Seokjin terulur dibelakangnya untuk menarik Sojung agar lebih mendekat.

"Tadi padahal eomonim bilang kamu sibuk ada rapat, jadi kan kirain kamu bakalan ga tahu," ucap Sojung. "Tadi sebenarnya dadakan aja sih mau ngurusin soal dekorasi sekalian, padahal rencana awalnya mau ke kantor sipil dulu, tapi masih pagi tapi udah banyak aja antriannya, makanya kita ngurusin yang dekorasi dulu. Ke kantor sipilnya besok lagi, lebih pagi lagi," Sojung berceloteh, bahkan tanpa mendengar jawaban dari Seokjin atas pertanyaannya sebelumnya.

Seokjin yang menyadari kalau Sojung begitu excited mengurusi persiapan pertunangan dan pernikahan mereka menyilakan Sojung dan tidak menginterupsinya. Melihat Sojung bercerita dengan mata berbinar-binar seperti itu tentu juga membuatnya ikut excited.

"Eomonim bilang sih kalau beliau pengennya pakai bunga fresh aja, white rose asli gitu, tapi aku takutnya kan yang buat outdoornya jadi cepet layu  apalagi kalo ternyata harinya panas banget kan, lagian juga kan kalau fresh cuma bisa dipakai sekali langsung buang jadi sampah, tapi eomonim bilang mau ada rencana buat ngasih bunga-bunga yang udah kepakai itu ke panti jompo gitu sweet deh, jadi ya gitu, aku nurut aja sama saran beliau.." Sojung mengakhiri ceritanya, ingin melihat respon Seokjin tentang ide memberikan bunga sisa dekorasi pernikahan mereka ke panti jompo.

Seokjin tersenyum dan mengangguk, sudah dari awal akan menuruti apapun mau Sojung dan eommanya. Kalau memang itu yang membuat hari bahagia mereka itu menjadi semakin spesial tidak akan ada yang akan menghalanginya untuk memberikan apapun kemauan calon istrinya itu. Tapi yang semakin membuat  laki-laki itu bahagia adalah melihat calon istrinya yang bercerita dengan menggebu-gebu, seolah berpendar dan bersinar, Seokjin yakin Sojung lebih berkilau dari pada cincin berlian yang terpasang di jari manisnya sejak dia memintanya sebagai istrinya.