Episode 15
*Stalker mention*
"Ya, apa yang kau lakukan?" Tanpa babibu, Soobin bertanya pada Lia. Butuh berapa kali Soobin harus berkata kalau dia tidak mau lagi berurusan dengan gadis itu?
Tiga orang memanggil nama Soobin dengan berbagai tipe emosi. Lia yang terlihat gugup, Eunha yang gembira dengan kehadiran adiknya dan Arin yang kaget.
"Kamu kesini? Kok ga chat noona dulu..?"
"Tunggu noona aku mau ngomong sekalian sama dia!" Soobin memotong pertanyaan Eunha dan akhirnya membuat Eunha heran. Eunha baru kali ini melihat adiknya itu terlihat merah wajahnya di tempat umum, biasanya kalau Soobin frustasi atau marah adiknya itu akan mencari tempat untuk menyendiri.
"Soobin, please. Aku ga ada maksud apa-apa-"
"Enggak. Dengerin aku sekali lagi dan terakhir kali Lia. Kamu please jangan nyoba deketin aku lagi. Aku ga mau keluargamu tahu kamu masih deket aku. Aku ga mau kena masalah."
Suara Soobin terdengar semakin meninggi, membuat anak-anak anjing di sekitar Eunha ikut gelisah.
"Soobinie, tenang dulu," Eunha mencoba mengingatkan adiknya.
"Aku tahu kamu coba deketin noona supaya bisa deket lagi ke aku kan? Kamu cuma memanfaatkan kebaikan noona aja!"
Sebelumnya Lia hanya bisa menunduk karena dia tidak mau melihat Soobin memarahinya. Dia masih terlalu menyukai sang Ketua OSIS dan ada rasa bersalah karena sudah benar-benar mengabaikan permintaannya. Tapi setelah mendengar tuduhan Soobin itu, Lia juga tidak terima.
"Kamu ga bisa ngomong gitu! Kenapa kamu jadi kaya gini?? Kamu yang selalu baik jadi gini? Kenapa kamu ga mau sekali aja ngertiin aku? Kenapa semua orang ga mau ngertiin aku?" Lia langsung meledak. Matanya dibanjiri air mata yang tentu langsung membuat tiga orang disekitarnya kaget.
"Oke kalo emang kamu ga mau lagi jadi temenku. Oke kalo emang semua temenku ga mau lagi sama aku. Trus aku ga boleh juga nyari orang lain buat jadi temenku? Kamu ga tahu kan selama ini ga ada yang mau dengerin aku? Engga mama, enggak papa, abang, Yeji, Ryujin.. kamu.." Lia baru bisa menatap wajah Soobin meskipun air mata masih mengalir deras.
Eunha yang mendengarnya semakin berusaha menenangkan gadis yang sedari tadi bercanda dengannya itu. Tidak ada tanda-tanda kesedihan selama dia mengobrol dengan teman Soobin itu, dan melihatnya mengalami krisis emosional seperti itu tentu langsung membuat Eunha khawatir.
Tapi berbeda dengan Soobin yang alih-alih bersimpati dengan gadis itu, dia yang sudah jengah dan kepalang berfikir negatif tentang Lia yang memanfaatkan kebaikan noonanya, hanya mendengus skeptis.
"Ajakin temenan itu tunanganmu," ucapnya terdengar bengis.
"Kamu?" Lia memandang Soobin dengan tatapan nanar. Bagaimana bisa cowok itu berkata seperti itu ketika dia tahu betul kalau kehadiran Jaemin alasan utama Lia merasa terbuang.
Tapi kemudian gadis itu menyadari kehadiran seseorang di sebelah Soobin yang hanya bisa diam sedari tadi. Arin, kakak kelasnya yang dia tahu memang sudah dekat dengan Soobin sedari dulu. Hatinya semakin mencelos, menyadari kalau memang tidak ada lagi kesempatan baginya di hati Soobin.
Gadis itu tidak bisa membendungnya lagi, semua terlalu menyakitkan. Dia akhirnya pergi meninggalkan tempat itu.
Eunha yang lumayan terkejut mendengar kalimat Soobin itu jadi tidak bisa menahan kepergian Lia. Bukannya Soobin berkata kalau Lia sudah punya pacar? Sejak kapan sudah jadi tunangan? Apa karena itu Soobin tidak suka melihat Lia? Apa adiknya itu masih sakit hati?Dia memandang Soobin yang hanya bisa mengusap wajahnya. Kakak perempuan Soobin itu tahu betul kalau Soobin sudah menyesal. Adiknya itu memang tidak betah marah-marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
SA.765.2
Fanfiction"perasaan memang begitu rumit, jangan terburu-buru untuk mencoba meluruskan semuanya. Take your time." BTSXGFRIENDXTXT