Terpojokkan

91 16 8
                                    

Episode 34

"...aku ga dapat kiss ku.."

Terlepas dari keadaan fisiknya yang tidak bisa lagi disebut rapi, dan bagaimana Yerin tersedu-sedu, Eunha bisa mendengar dengan baik kalimat Yerin. Terdengar jelas seolah Yerin tidak sedang berbau alkohol yang menguar dari seluruh tubuhnya.

Isakannya semakin lama semakin keras dan gadis itu terjatuh dari bersandar di headboard. Meringkuk ke posisi janin dan menangis sejadi-jadinya.

Sebagai satu-satunya orang yang menyaksikannya, tentu Eunha merasa iba. Apa yang terjadi sebenarnya dan bagaimana dia harus membuat Yerin merasa baikan.

Eunha bergerak dan berakhir duduk di belakang Yerin. Mengelus-elus punggung Yerin berniat memberi gadis itu kenyamanan. Berhasil memang, tapi saat sedang benar-benar rapuh begitu, gestur simpel seperti itu malah akan semakin membuat penerima semakin intens merasakan perasaannya.

Eunha sedikit memelankan tangannya karena tidak yakin setelah melihat Yerin yang semakin keras menangis.

"Na.." Yerin tiba-tiba memanggil. Suaranya begitu serak tapi untungnya dia sudah sedikit lebih tenang.

"Aku mau putus sama Raf.."

Eunha sedikit terkejut karena tidak menyangka itu yang akan muncul dari mulut Yerin. Dia kira Yerin akan menjelaskan dulu apa maksud kalimat dia sebelumnya.

"oh.." gadis itu hanya bisa merespon singkat.

"aku udah mikirin semuanya, dan dengan apa yang terjadi antara aku dan Tae, udah bikin makin jelas, jalan apa yang mesti kuambil.." ucap Yerin lagi, masih sesekali sesenggukan, tapi sudah benar-benar terdengar tidak mabuk lagi.
Eunha yang mendengarnya kembali terkejut. Apakah maksud Yerin gadis itu sudah menyadari kalau Yerin benar-benar jatuh hati pada Taehyung dan akhirnya memilih untuk bersama cowok itu?

"Taehyung nolak aku, Na.."

Eh? Perkiraan Eunha benar-benar jauh meleset ternyata.

"Dia udah ga suka lagi sama aku. Heh," senyuman sumbang dari Yerin itu begitu terdengar menyedihkan bahkan untuk dirinya sendiri, "emang apalah aku cuma cewek ga ada harga dirinya.."

"eonnie jangan bilang gitu!" Eunha langsung menyahut. Apapun yang terjadi sebenarnya Eunha tidak lagi peduli. Yerin sedang tidak baik dan apapun yang terlintas di pikirannya pasti juga bukan berasal dari nuraninya .

"Eonnie, eonnie mending sekarang jangan ngomongin ini lagi. Eonnie bersih-bersih dulu badannya, oke ga mandi juga ga apa-apa, bersihin aja make upnya. Aku siapin handuk basah buat basuh tangan dan kaki aja, oke? abis itu Eonnie isi perutnya bentar, trus masuk ke selimut buat tidur oke? oke!"

Eunha langsung bergerak, menarik tubuh Yerin agar gadis itu duduk dan kemudian meletakkan tas make up Yerin di pangkuannya. Dia kemudian menuju ke en suite toilet untuk mencari handuk tangan yang kemudian dia basahi lewat headshower yang sudah di setting ke air hangat.

Saat kembali ke Yerin dan melihat gadis itu belum beranjak sedikitpun dia pun kemudian membantunya. Mengeluarkan kapas dan membasahinya dengan micellar water. Menaruhnya ke tangan Yerin, memberinya tatapan dorongan pada gadis itu. Setelahnya baru Yerin bergerak, membersihkan bekas maskara di pipinya yang mengalir seperti sungai.

Yerin melirik kapas yang akhirnya menghitam karena sisa makeupnya itu, kembali terisak seolah menyadari putih dan lembutnya kapas itu seperti dirinya sekarang. Kotor dan akan berakhir di tempat sampah.

Eunha sedikit terkejut saat menyaksikan Yerin yang menangisi kapas bekas make up itu. Tanpa berkata apa-apa dia kemudian membantu Yerin untuk segera menyelesaikan tugas itu.Tidak lupa juga membasuh tangan dan kaki Yerin dengan handuk hangat. Biskuit dan coklat hangat yang dia ambil dari meja tamu dia taruh dulu di nakas.

SA.765.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang