Episode 49
Memandangi halaman belakang kediamannya yang terang benderang berhias tak hanya lampu dekor taman juga lampu sorot, Seokjin menutup pintu kaca rumahnya. Selayaknya menutup lembaran terakhir bab hidupnya.
Semua halaman yang seolah usang karena telah dilewati.
Memandangi dari balik kaca semua yang sudah dipersiapkan untuk acara besarnya besok. Altar putih yang seolah sudah memanggilnya untuk segera berdiri di tempat khususnya itu.
Seokjin tersenyum tipis. Dari tempatnya berdiri gambarannya seolah terbingkai oleh panel kaca, begitu cantik. Yang terbaik dan pasti akan semakin cantik saat pengantinnya bersanding dengannya.
Dia menyadari, memilih rumahnya untuk dijadikan tempatnya menikah. Memandang halaman belakang tempatnya menghabiskan waktu masa kecilnya disulap menjadi tempat magical seolah peri-peri bernyanyian dan menari menaburkan bubuk ajaibnya untuk menyulap bebungaan agar segera tumbuh menyambut pernikahan sucinya.
Atau setidaknya itu yang Sojung minta dari Wedding Organizer yang masih sibuk mempersiapkan, bahkan sampai larut begini.
Bagaimana bisa Seokjin memilih tempat berakhirnya chapter terakhir masa lajangnya sebagai tempat dimulainya chapter yang baru.
Karena banyak pengantin yang memilih tempat khusus untuk perayaan simbolis ini. Bahkan dengan level yang sama, ada yang memilih untuk pergi jauh ke tempat dengan pemandangan alami yang menakjubkan.
Jawabannya terlalu mudah bagi Seokjin. Rumahnya tidak kalah menakjubkan baginya. Ayah dan ibunya membangun kediaman mereka semegah istana, secantik puisi pujangga dan sehangat susu coklat di malam tahun baru. Kasih dan sayang yang menguar di setiap sudut rumahnya itu selalu mengingatkan akan betapa kerasnya perjuangan ayah dan ibunya untuk membuat keluarga mereka.
Katakan Seokjin terlalu meromantisasi idola masa kecilnya itu, tapi bahkan hingga sekarang, hanya ayah dan ibunya yang dia harap dia bisa menjadi seperti mereka.
Dan bersama Sojung, wanita pilihannya, dia tahu dia tidak salah pilih.
Menjadi yang tertua, menanggung sedari dini beban tugas yang tertera dari namanya. mengerti betul meskipun ayah dan ibunya tidak pernah menuntutnya, namun dari bagaimana keduanya terlalu bersyukur atas antusiasnya belajar mengelola kantor, Seokjin mengerti ayah dan ibunya telah mengembankan tugas padanya.
Seokjin tidak secerdas adik sepupunya, Namjoon. Tapi meski begitu, dia paham betul, mengelola perusahaan tidak mudah. Dia bisa kuliah dan mengenyam pendidikan di tempat terbaik, tapi pada kenyataannya tentu tidak seperti teori.
Dan saat ayahnya berkata kalau Seokjin lebih baik memulai dari bawah, dia tidak tersinggung dengan usulan ayahnya itu. Seokjin mulai dengan menjadi intern perusahaan, sedikit demi sedikit memahami cara kerja perusahaan yang akan dia warisi. Semakin tinggi dia memanjat, semakin tinggi tanggung jawabnya dan semakin besar stress yang dia rasa.
Menjadi tangan dingin dan memaksanya berkepala dingin tanpa memperlihatkan kalau dia kesusahan dan berjuang terlalu keras.
Seokjin yang suka tertawa, yang suka saling iseng dengan adiknya, yang selalu berkata dia alergi terhadap hal-hal serius, tentu gampang terkuras baterai emosionalnya, kalau tiap hari menghabiskan waktu mengunyah bawahan yang tidak becus mengurusi kantor cabang.
Dan saat itulah dia akan pulang ke Sojung, kekasih hatinya. Yang dengan begitu sabar akan menungguinya turun dari, secara kiasan, tempat tingginya; kursi direktur.
Kembali menjadi Seokjin yang humoris, yang begitu penuh kasih sayang, yang tidak bisa diam tidak membantunya meyiapkan makan malam, yang tidak bisa tidak kompetitif saat main permainan apapun yang dia pengen mainkan, yang akhirnya berakhir menaruh kepalanya di paha Sojung untuknya beristirahat mendengarkan Sojung mengomentari keabsurdan drama yang dia tonton.
KAMU SEDANG MEMBACA
SA.765.2
Fanfic"perasaan memang begitu rumit, jangan terburu-buru untuk mencoba meluruskan semuanya. Take your time." BTSXGFRIENDXTXT