Kompak

120 11 5
                                    

Episode 9

Seokjin harus mengingatkan dirinya beberapa kali kalau dia harus mengantar Yoongi pulang dulu ke MH alih-alih ke langsung ke rumah sakit. Dia baru selesai mengantar Yewon ke bandara, sudah berjanji ke Yewon dan Yoongi dari jauh-jauh hari. Ke Yewon berjanji akan membantu mengurusi kepergiannya dan ke Yoongi untuk mengantarnya, adik sepupunya itu belum mau pulang juga, meskipun ayahnya sudah memaafkannya(saling memaafkan). Dengan alasan dia ingin independen.

Meskipun begitu, Seokjin juga tidak sampai hati menolak permintaannya untuk nebeng ke bandara.

Yoongi hanya diam, sesekali mengecek hpnya. Seokjin beberapa kali melirik, dia hanya menggeser-geser playlistnya. Seokjin kira Yoongi sibuk karena mendapat banyak pesan.

Tapi tak apa, Seokjin senang dengan kenyamanan tanpa suara ini. Hanya suara khas lalu lintas yang menjadi derau putih di latar belakang. Bunyi dentingan dari lampu tanda berbelok sesekali memberi efek ASMR. Kenyataannya, meskipun dia suka bermain-main (baca:rusuh) tapi dia juga perlu saat-saat kalem seperti ini. Yoongi adalah partner handalnya.

Ngomong-ngomong soal Yoongi, adik sepupunya itu masih belum juga bersuara. Seokjin bisa melihat dari sudut matanya, beberapa kali dia menghembuskan nafas berat. Saat meliriknya dengan benar pun, Seokjin juga bisa melihat Yoongi hanya menyenderkan kepalanya ke kaca mobil.
Seokjin baru sadar kalau Yoongi memakai earpod dan sepertinya tenggelam di pikirannya.

"Ya ahjussi, lagi bikin video clip apa gimana?" Tanyanya, menyadari betapa dramatisnya Yoongi.

Alih-alih menjawab dengan kata-kata, Seokjin hanya mendapatkan isakan sekali dari Yoongi.

Tak habis pikir bagaimana Yoongi masih belum bisa menenangkan dirinya karena ditinggal Yewon. Oke, memang Yewon pergi jauh dan lama akan kembali, apalagi mengingat bagaimana dekatnya ketiga bersaudara itu akhir-akhir ini, dengan kedua adiknya hampir setiap hari mampir dan menemaninya di MonoHope, Seokjin mengerti Yoongi pasti akan langsung kangen dengan adiknya itu. Hanya saja tetap aneh melihat Yoongi yang anaknya selalu memasang tampang dingin dan misterius itu menangis tersedu-sedu seperti itu.

"Hm," Seokjin hanya bisa menahan dengusannya melihat adik sepupunya itu mengucek-ucek hidungnya untuk menutupi tangisnya. "Kamu gausah khawatir gitu, Yewon pasti bisa menjaga diri dengan baik. Apalagi ada pacarnya juga kan.." ucapnya, masih melirik pada Yoongi.

"..."

"Dari semua adik-adik, menurutku hanya Yewon yang bisa disebut mandiri, walaupun dia terbilang masih kecil, Yewonie kan juga sudah terbiasa mengayomi Beomgyu. Belum juga semua abang-abangnya yang sering ngasih nasehat ke dia.." ucapnya, masih berusaha meyakinkan Yoongi kalau adiknya itu sanggup hidup jauh dari keluarga. "..yang ga jelas sih seringnya.." lanjutnya, mengakui, termasuk dirinya sendiri kalau grupchat mereka isinya lebih seringnya hanya gurauan tidak jelas.

Yoongi masih belum meresponnya. Hanya terdiam sambil mengerucutkan bibirnya.

"Udahlah nangisnya, apalagi memang yang harus ditangisi? Takut kangen kamu? Kan bisa telpon? Video call? Zoom? Skype?" Ujarnya lagi, memberi opsi pada adik sepupunya itu.

Yoongi masih terdiam, dia kemudian tanpa suara mengambil tisu yang tersedia di dashboard mobil Seokjin dan meniupkan ingusnya keras-keras ke tisu tersebut. "aku ga nangis!" ucapnya lalu membuang tisu kotor itu ke pangkuan Seokjin. Jengah dengan ocehan abangnya itu.

"Yaa, kan ada tempat sampah di sini..!" Seokjin berseru, setengah marah dan setengah geli pada Yoongi yang merajuk itu. Menggunakan jari telunjuk dan jempolnya untuk mengambil tisu ingusan itu dan menaruhnya ke tempat sampah kecil yang dia tempatkan di konsol tengah mobil. Kelingkingnya naik jauh-jauh menandakan betapa jijiknya dia.

SA.765.2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang