Episode 46
Sesuatu yang membuat Eunha terus-terusan bersemu pipinya selama bersama dengan Jeongguk dalam perjalanan mereka pulang dari hotel adalah, bukan karena faktanya mereka pulang dari hotel dan bukan juga karena apa yang mereka lakukan di hotel semalam.
Tapi karena bagaimana kekasihnya yang, tiap kali matanya beredar ke area umum tubuh kekarnya, Eunha bisa merasakan mata Jeongguk balik menatapnya. Jeongguk memberinya tatapan yang begitu lembut dan Eunha bisa merasakan afeksi dari cowok itu tiap kali Eunha menoleh untuk memastikan apakah tatapan dari mata bening itu masih terpaku padanya, senyuman dari bibir tipis yang sedia padanya.
Apa nggak capek memangnya memasang wajah seperti itu terus.
"kenapa sih, beb?" Eunha akhirnya bertanya, mereka kembali ke bukit spesial mereka, memutuskan saat sudah setengah perjalanan ke rumah dari hotel. Sudah kesiangan memang, dan panas sudah begitu terasa, tapi berada di bawah pohon di atas bukit, hanya terasa kesejukan.
"hm?"
"liatin terus dari tadi."
Mereka hanya membawa bekal seadanya yang mereka beli dari minimarket, tidak seperti sebelumnya, keranjang piknik lengkap dengan alas selimutnya.
"kamu cantik"
"gombal.." Eunha bahkan tidak memerah pipinya saat mendengar kalimat dari pacarnya itu. "kenapa..?" gadis itu kembali bertanya, berniat untuk mencari tahu apa yang sebenarnya berada di kepala Jeongguk.
"aku seneng aja.." baru saat mendengarnya, Eunha kembali bersemu pipinya. Kalimat dari pacarnya itu lebih berhasil melelehkan kembali hatinya, dia bisa merasakan kejujuran dan perasaan asli dari pacarnya itu. "cantikku, manisku, lucuku. Udah jadi milikku semua, ga nyangka aja.."
"aw aku lagi dirayu sama cowoku.."
Jeongguk hampir tersedak ludahnya mendengar kalimat dari Eunha itu. Antara menahan tawa tapi juga meloloskan dengusannya. Menatap gadis di sebelahnya itu dengan tidak percaya, bisa-bisanya bercandaan receh seperti itu.Melihat Jeongguk yang tersenyum begitu lebar dan tentu langsung merubah raut mukanya dari yang awalnya terlihat intens menjadi lebih childish, akhirnya membuat Eunha menghembuskan nafas. Tangannya sempat juga dia taruh ke hati supaya membantunya meredakan debaran jantungnya.
Sungguh, sampai sekarang dia belum sepenuhnya imun dengan tatapan intens dari Jeongguk.
"Kenapa?" Jeongguk bertanya saat melihat gestur dari Eunha itu.
"Liat kamu ketawa lebar gitu lebih aman daripada liat pelototanmu, beb.."
"maksudnya?"
"yaabis, kamu ngomong yang kaya tadi dengan wajah yang super intens gitu, kaya udah mau nerkam aja. Ga kuat beb.." Eunha mengeluh sambil mencebik.
"Kalau kamu tahu, kamu dengan inosennya bahas hal intens sambil ngoceh begitu, makin bikin aku pengen nerkam kamu beb.."Jeongguk menarik pinggang Eunha supaya lebih dekat lagi, tangannya yang bebas menarik tengkuk leher gadis itu.
"Wow, apa kita mau ppoppo?"
"gak. kamu ga berhasil melakukan pengalihan isu, aku masih pengen cium kamu.."
"..."
Eunha memberanikan diri membalas tatapan Jeongguk yang kini semakin mendekatkan wajahnya padanya. Dan seolah memberanikan diri, gadis itu mengedarkan pandangannya sekilas sebelum menempelkan bibirnya dengan cepat ke bibir pacarnya sebelum sekuat tenaga mendorong pacarnya itu menjauh.
"Kita di tempat umum terbuka, beb.." ujarnya merangkum kedua pipinya dengan kedua tangannya, menutupi pipi merahnya sendiri.
"enggak.."
KAMU SEDANG MEMBACA
SA.765.2
Fanfiction"perasaan memang begitu rumit, jangan terburu-buru untuk mencoba meluruskan semuanya. Take your time." BTSXGFRIENDXTXT