30

13K 1.5K 37
                                    

“Jaemin...” Lirih Jeno menatap pria didepannya tak percaya.

“Kalau kau kembali, bagaimana jika perasaanku justru pudar?” tanya Jaemin

Jaemin bohong, sejujurnya dia ingin Jeno tetap disisinya. Dia tak ingin Jeno kembali ke Korea.

Bibir tipis Jeno mengulum senyum lantas ia bawa satu tangannya menggenggam jemari Jaemin. Ia lihat Jeno mengangguk.

“Baiklah, aku akan disini lebih lama” Tutur Jeno.

“Terima kasih” Balas Jaemin dengan senyumnya.

Jeno tersenyum cerah meresponnya, dia kembali melihat kearah danau didepannya sementara Jaemin sibuk menyantap baozinya. Jeno menoleh saat melihat Jaemin menyodorkan sebuah baozi.

“Aku membelikanmu” Ucap Jeno.

“Ini terlalu banyak, bagaimana aku menghabiskan semua ini” Protes Jaemin.

Jeno hanya menurut dan kembali membuka mulutnya, menerima suapan Jaemin.

“Setelah ini mau kemana?” Tanya Jaemin.

“Kau mau kemana? Apa tidak apa-apa jika kau terlalu banyak beraktivitas?” Jeno balas melempar tanya.

“Aku selalu bepergian setiap hari” Kekeh Jaemin.

“Bersama Sunwoo?” Tanya Jeno, tawa pria itu pudar menyadari Jeno sangat cemburu. Irisnya dengan teduh menatap Jeno yang menatapnya lekat.

“Jaemin...” Panggil Jeno

“Hari sebelum kau kembali ke China, kenapa kau seolah memberiku harapan?”

Jaemin terdiam sesaat dengan kepala menunduk, sang dominan dengan setia menanti jawaban keluar dari mulut Jaemin.

“Dengan begitu, maka kau akan berhenti memohon padaku Jeno” Jawab Jaemin akhirnya, dia bawa kembali kepalanya mendongak menatap Jeno.

“Kau sudah merencanakan untuk pergi dariku?”

“Jika kau tahu aku akan pergi, kau pasti tidak akan membiarkanku. Dan keputusan Ayah, tidak bisa dibantah” Sahut Jaemin.

Jeno menunduk dengan mengusapi telapak tangannya, bibirnya lantas menghembuskan nafas berat. Matanya menyipit melihat pemandangan danau didepannya, sementara Jaemin hanya diam dengan kepala tertunduk. Tak lagi bernafsu menyantap baozinya.

“Maaf...” Lirih Jaemin.

“Tidak, Jaemin. Kau seharusnya tidak minta maaf. Akulah yang harusnya melakukan itu. Untuk semua tindakanku, aku minta maaf”

Jaemin tersenyum kecut mendengar permintaan maaf Jeno. Sudah sering ia dengar belakangan ini, kalimat itu justru hanya membuat Jaemin terus mengingat luka yang telah Jeno perbuat.

Jika bukan karena kandungannya, lalu ia ingat semua perbuatan Jeno.

Tapi Jaemin akui... Dia bodoh. Nyatanya dia tetap menerima Jeno lagi.

“Ayo jalan-jalan. Aku tidak tahu banyak soal China. Kemana kau biasa pergi?” Tanya Jeno.

“Tidak ada, aku hanya sering berjalan disekitar pasar saja”

“Mencari apa?”

“Jeno, kau tahu?” Tanya Jaemin, pria itu menaikkan satu alisnya bertanya pada Jaemin.

“Kukira, dengan pergi ke pasar dan bertemu banyak orang, itu bisa membuat perasaanku lebih baik. Tapi aku sadar bahwa hatiku kesepian, tapi hari-hati belakangan ini, aku suka melihat aktivitas dipasar” Celoteh Jaemin.

PLAY DATE [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang