09

18.7K 1.9K 71
                                    

Jaemin menggeliat dari tidur lelapnya saat mendengar suara ponselnya terus berdering, tangannya bergerak meraba kasur mencari ponselnya. Dengan malas ia membuka matanya dan mendapati panggilan masuk dari Renjun.

“Hmm...” Sapa Jaemin dengan suara beratnya

“Kau dimana? Kau tidak pulang Jaemin” Omel Renjun berteriak.

Jaemin sontak membuka matanya dan terduduk diatas ranjang mendengar omel saudara kembarnya.

“Akhh” Jaemin memekik merasakan area bawahnya ngilu, dia lihat tubuhnya yang tak berbalut busana hanya bertutupkan selimut lalu melihat kesamping, sudah tak ada Jeno disana.

Ia lantas membekap mulutnya menyadari bahwa tadi malam keduanya baru saja melewati batas.

“Nakamoto Jaemin. Kau mendengarku?” Omel Renjun lagi

“Ah Renjun itu...”

“Kau dimana? Kau menginap dimana tadi malam? Jangan bilang kau... Kau tidak melewati batasanmu dengan Jeno kan?” Tanya Renjun frustasi.

“A-Apa yang kau bicarakan? Melewati batas apa?” Jaemin balas bertanya dengan panik, bagaimana dugaan saudara kembar bisa tepat seperti itu?

“Aku memang menginap dirumahnya tapi kami tidak melakukan apa-apa. Tadi malam aku memasak untuknya dan menemaninya lembur, sepertinya aku ketiduran dirumahnya” Jelas Jaemin terdengar meyakinkan.

“Pulang sekarang Jaemin, Dejun-ge akan datang sore ini dan aku ada shift malam” Omel Renjun

“Ba-baiklah. Aku juga sedang dalam perjalanan” Dengus Jaemin

Dia melihat lagi pakaiannya yang berserakan dilantai kamar Jeno dengan pilu, lantas ia gigit bibir bawahnya. Tangannya meremat surainya bingung.

Panggilannya dengan Renjun sudah terputus, sekarang dia tengah meratapi dirinya dengan segala kebodohannya. Tadi malam dia terlalu terbuai oleh cumbuan Jeno hingga ia dengan rela memberikan tubuhnya pada pria itu.

Bagaimana dia menjelaskan pada Renjun jika saudara kembarnya itu tau? Pemuda bertubuh mungil itu pasti akan murka padanya. Bisa-bisa ia langsung dilempar ke Jepang.

Lalu ia akan habis di rajam Ayahnya. Jaemin menepuk jidatnya dengan rintihan kecil.

Ditengah ia yang hampir menangis setelah memberikan perjakanya pada Jeno, pintu bercat putih itu terbuka menampilkan Jeno yang sudah rapi mengenakan kaos putih dibalut celana kain berwarna hitam. Jaemin sontak mendongak dan terkejut.

Wajahnya memerah melihat Jeno berdiri diambang pintu mengulum seringai. Ia malu harus melihat Jeno setelah mengingat lagi adegan panas mereka tadi malam.

“Aku sudah membuat sarapan. Mandilah setelah itu aku akan mengantarmu pulang” Ucap Jeno, dia berjalan masuk menghampiri Jaemin dengan tangan terulur.

“Ada apa?” Tanya Jaemin polos.

“Aku tahu kau akan kesusahan berjalan...”

“Karena itu adalah yang pertama untukmu” Bisik Jeno kemudian ditelinga Jaemin dengan suara beratnya, sontak saja kalimat itu membuat Jaemin membulatkan matanya dengan wajah memerah.

Jaemin sontak memalingkan wajahnya karena malu, menyembunyikan rona merah yang menjalari wajahnya. Jeno tersenyum melihat reaksi malu-malu Jaemin, dia bawa tangannya mengancak surai coklat pria itu gemas.

Jaemin akhirnya meraih tangan besar Jeno dan dengan perlahan Jaemin beranjak dari kasur. Wajahnya memerah padam karena harus membiarkan Jeno melihat tubuhnya tanpa balutan busana.

PLAY DATE [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang