31

12.3K 1.4K 74
                                    

Jeno hanya menggaruk surainya yang tak gatal, dia berjalan menuju dapur dengan langkah malas. Terdengar dari gesekan sandal rumah dengan lantai yang begitu nyaring mengisi kesunyian rumah ini.

Lengan beruratnya bergerak untuk menarik pintu kulkas. Irisnya mengedar jengah melihat seisi kulkas dan hanya melihat mie, telur dan tuna kaleng. Dengan malas dia menutup kembali pintu kulkas.

“Mencari apa?” tanya Guanlin yang baru saja masuk ke dapur.

“Aku lapar, ayo pesan makanan” Ucap Jeno seraya mendudukkannya dikursi makan.

Guanlin ikut mendudukan tubuhnya disana dan mulai membuka ponselnya hendak memesan makanan melalui sebuah aplikasi.

Jeno hanya diam seraya mengetuk-ngetuk meja makan dengan telunjuknya sampai sebuah suara bel berbunyi memecah kesunyian rumah yang mereka sewa. Jeno mengerutkan alisnya.

“Sudah sampai?” Tanya Jeno.

“Aku bahkan belum pesan” Dengus Guanlin seraya beranjak dari ruang makan untuk membuka pintu.

Jeno hanya mendengus sebal, dia memutuskan untuk mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Jaemin. Sedang apa pria mungil itu?

Namun, pucuk dicinta ulam pun tiba.
Jeno mendapat notifikasi pesan dari Jaemin.

Sudah sampai?


Apanya?


Aku dan Renjun membuat lauk untuk dua bujangan yang menyedihkan


Ah, sepertinya sudah.


Jeno menoleh saat melihat Guanlin datang membawa kotak makanan. Dia lihat pria jangkung itu membuka kain yang membalut kotak itu lalu mengeluarkan berbagai macam lauk yang dibawakan oleh Renjun dan Jaemin.

Aku membuatkan daging bulgogi kesukaanmu, kata Bubu


Benarkah? Terima kasih


Tentu, selamat menikmati.


Nanti malam ayo kencan


Akan ku fikirkan

Jeno mengunci layar ponselnya setelah membaca balasan dari Jaemin. Dia diam melihat Guanlin yang berjalan hilir mudik didapur. Alisnya bertaut melihat Guanlin mulai menyantap makan siangnya.

“Punyaku mana?” Tanya Jeno

“Ambil sendiri. Astaga, seperti anak bayi. Bahkan mangkuk dan sumpit harus diambilkan” Dengus Guanlin dengan mata mendelik sebal.

“Setelah sampai di Korea, silahkan kirimkan surat pengunduran dirimu Mr.Lai” Sungut Jeno sebal lantas beranjak dari meja makan.

Guanlin mendelik kaget, mulutnya masih penuh dengan nasi dan dia dengan cepat meletakkan mangkuk nasinya lalu beranjak untuk mengambilkan sumpit dan mangkuk Jeno. Sang bos yang sudah kesal hanya mendorong pundak Guanlin dengan pundaknya hingga pria itu terhempas.

“Direktur” Lirih Guanlin mengusapi pundaknya.

Jeno dengan wajah datarnya kembali mendudukan tubuhnya setelah mengambil nasi dan mulai menyantap makan siangnya.

Tring!
Guanlin mengerutkan alisnya saat Jeno memukul sumpitnya ketika Guanlin hendak menyumpit daging.

“Itu masakan Jaemin. Bahkan aromanya pun, kau tidak boleh menciumnya” Dengus Jeno.

PLAY DATE [NOMIN]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang