3. Birthday

549 97 15
                                    

Seulgi sedikit terperanjat saat lengannya mendapat tepukan beberapa kali, kelopak mata monolid itu terasa berat untuk dibuka, dan pandangannya masih kabur. Untuk sesaat ia mencoba mengumpulkan kesadaran, sekilas matanya menangkap sosok papanya yang duduk di pinggir tempat tidur.

Dirasa anak bungsunya sudah terbangun, papa Seulgi tersenyum lalu mencium kedua pipi Seulgi.

"Selamat ulang tahun anak papa."

Mendengar itu mata Seulgi terbuka lebar, senyum dengan otomatis merekah di bibirnya.

"Makasih papa!" Seulgi buru-buru duduk dan memeluk papanya.

"Ayo bangun, mama udah buat nasi kuning buat sarapan. Kamu nanti upacara kan?" papa Seulgi mengusap kepala Seulgi yang mengangguk dan bersiap turun dari kasurnya.

"Selamat pagi ibunda ratu..." Seulgi mendudukkan dirinya di kursi meja makan dekat papanya.

"Eh, anak mama ulang tahun ya?" mama Seulgi menghampiri Seulgi dan mencium kedua pipi Seulgi.

"Selamat ulang tahun ya nak." mama Seulgi mengusap rambut Seulgi dengan penuh kasih sayang.

"Makasih mama." Seulgi tersenyum lebar hingga matanya tak terlihat.

"Nanti malem ajakin temen-temenmu ya, kita makan diluar!"

"Iya pah."

. . .

"Selamat pagi, Seulgi?"

"Selamat pagi, teman-teman." Seulgi melangkahkan kakinya di lapangan upacara yang rumputnya masih basah terkena embun.

Sekarang ia dan tim lomba sudah terbiasa untuk saling menunjukkan perhatian satu sama lain, yang kata senior mereka bertujuan untuk meningkatkan bonding.

"Siapa yang bawa kunci gudangnya?!" terdengar teriakan salah satu teman Seulgi.

Seperti biasa, tiap hari senin anak paskib bertugas menyiapkan seluruh kebutuhan upacara sehingga mereka harus berangkat lebih pagi. Udara yang sejuk dan dingin memenuhi paru-paru Seulgi, saking dinginnya hampir membuat rongga hidungnya perih.

Beberapa anak laki-laki datang membawa papan-papan besi penanda kelas untuk ditata dipinggir lapangan, demi mempersiapkan lomba tub yang akan diselenggarakan tidak lama lagi, anak paskib sengaja memperkecil area upacara sesuai dengan ukuran lapangan upacara dalam juknis lomba.

Setelah selesai membantu menata papan penanda kelas, Seulgi berjalan dengan cepat kedepan lapangan karena melihat ketiga sosok belahan jiwanya yang melambai-lambai. Kakinya melangkah menapaki anak tangga tribun, senyumnya mengembang.

"Happy birthday Alnaya Seulgi!" Wendy memeluk Seulgi.

"Selamat ulang tahun Seulgi!" gantian Lisa memeluk Seulgi.

"Seulgi bayi tambah tua..." kini Moonbyul merentangkan tangannya dan memeluk Seulgi.

"Makasih yaa.."

Matahari semakin meninggi, panas yang dihasilkan mulai terasa membakar kulit walaupun jam masih menunjukkan pukul 08:00. Upacara telah selesai, anak-anak paskib beserta senior mereka baru saja menyanyikan lagu ulang tahun untuk Seulgi sebelum mereka masuk ke kelas masing-masing, walaupun sedikit malu karena ditonton beberapa kakak kelas lain namun Seulgi bahagia banyak orang yang mengingat hari ulang tahunnya.

. . .

"Jadi siapa aja yang dijemput?" papa Seulgi duduk di ruang tamu, beliau sudah siap dari tadi.

"Hyunjin, Bang Chan, Moonbyul, Lisa." Seulgi duduk disebelah papanya sambil memakan pringles.

"Irene nggak dijemput?" mama Seulgi yang baru selesai mengecek dapur bertanya.

"Katanya Irene mau dianter pacarnya."

"Yaudah, ayo berangkat."

Setelah menjemput kedua kakak beradik yang rumahnya hanya berjarak seratus meter itu, mobil papa Seulgi bergerak menuju kosan Moonbyul dan Lisa yang sudah menunggu didepan gerbang kos, tanpa basa-basi mereka berdua masuk kedalam mobil.

"Hai Hyunjin?" Lisa yang pertama masuk kedalam mobil menyapa Hyunjin yang duduk di kursi belakang.

"Hai Lis, Byul."

"Udah semua?" tanya papa Seulgi.

"Udah pah, leggoo..."

Sesampainya di tempat tujuan, mereka menempati salah satu gazebo yang masih kosong. Tak lama Irene datang hanya sendiri, mencari gazebo yang diarahkan Seulgi lewat pesan. Dengan riang Seulgi menyapa Irene yang terlihat malu-malu karena ini pertama kalinya ia berhadapan langsung dengan sahabat-sahabat Seulgi setelah sekian lama.

"Sini Rene, duduk sebelah aku!" Seulgi menarik kursi untuk Irene duduk.

Dengan sopan Irene menyapa semua orang yang ada disana sambil sedikit berbasa-basi, lalu papa Seulgi menyuruh mereka untuk memesan karena seorang pelayan sudah menghampiri mereka untuk mencatat pesanan.

"Jaehyun nggak kamu ajakin sekalian?" Seulgi menoleh kearah Irene yang berada disebelah kanannya.

"Dia nganterin aku kesini sekalian pergi futsal." Jawab Irene dan Seulgi hanya membulatkan bibirnya.

"Kak Wendy nggak keliatan?"

"Wendy lagi mancing sama papinya." Moonbyul terkekeh menjawab pertanyaan Irene yang terlihat clueless.

"Mancing, mancing?" Irene memastikan.

"Lagi di laut dia sekarang." Lisa nyengir lebar.

"Papinya lagi pulang kesini, udah dari tiga hari yang lalu." Tambah Seulgi.

"Emang papinya Wendy dari mana?" Hyunjin ikut nimbrung.

"Papinya Wendy kan bule, orang Kanada." kekeh Seulgi.

Obrolan demi obrolan mengalir diantara mereka, Bang Chan yang tidak terlalu mengenal teman-teman Seulgi lebih banyak bercakap-cakap dengan orang tua Seulgi, hingga pesanan mereka akhirnya datang. Setelah mendengarkan wejangan dan doa dari kedua orangtua Seulgi, mereka mulai menyantap makanan mereka. Canda tawa mengiringi kegiatan makan malam itu, juga kedekatan Seulgi dan Irene yang tak luput dari pandangan kedua sahabat Seulgi.

Seperti saat ini, Lisa menyenggol kaki Moonbyul guna mengkode agar melihat kearah Irene yang dengan natural mengupas kulit udang dan menyuapkannya pada Seulgi yang dengan riang menggoyang-goyangkan tubuhnya sambil mengunyah udang tersebut, atau saat Seulgi menyuapkan mie nya ke Irene yang terlihat menerima dengan senang hati.

Tidak bisa dipungkiri kedua sahabatnya merasa sedikit takjub akan kedekatan dua manusia dihadapan mereka, mereka tidak pernah mengira bahwa Seulgi dan Irene bisa sedekat ini mengingat Seulgi menyukai Irene sedangkan Irene sudah mempunyai pacar.


Bule Jadi Jadian

Wen kayaknya Seulgi kena

friendzone awokawok

Hm.. aku nulis apa ini kok begini

Jika membosankan boleh untuk menyampaikan krisarnya ya..

Votmen-nya jangan lupa 👌

Sahabat Masa' Gitu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang