ㅤ
Suara burung-burung gereja yang berkicau diatas kabel listrik terdengar riang karena udara sudah mulai menghangat, sinar mentari mulai memberi makan daun-daun hijau yang menari bersama hembusan angin. Suara aktivitas manusia pun terdengar lebih ramai dari biasanya karena ini adalah hari minggu, hari dimana orang-orang berkumpul bersama menghabiskan akhir pekan.
Seulgi menggeliat malas diatas kasurnya, selimut yang menghangatkan tubuhnya sudah melorot sampai ke lutut, rasa gerah mulai merayapi tubuhnya. Mata sipitnya terbuka perlahan, nafas yang semula beraturan mulai terdengar berubah. Seulgi mengeratkan pelukan pada guling kesayangannya, bibirnya mengecap-ngecap berusaha menghilangkan rasa kering didalam mulutnya. Monolidnya menatap lurus kedepan, pemandangan meja belajarnya yang berantakan memenuhi pengelihatan.
Perlahan Seulgi merubah posisinya menjadi telentang, matanya menangkap jam dinding bergambar beruang diseberang tempat tidur yang menunjukkan waktu saat ini: jam 9 lebih 30 menit. Otaknya memproses sesuatu, ini adalah hari minggu yang berarti ia tidak pergi ke sekolah, maka dari itu ia bisa kembali memejamkan matanya. Sesaat setelah ia memejamkan matanya, bayangan jam dinding bergambar beruangnya muncul di angan-angan. Beruang.. bear.. bunny.. Irene...
Irene?! Seulgi terperanjat, mendudukkan dirinya kembali menatap jam dinding yang kini telah menunjukkan pukul 09:35. Seulgi buru-buru meraih ponselnya yang masih dalam keadaan mati namun baterainya sudah seratus persen dan menyalakannya, dirasa terlalu lama membuat Seulgi beranjak dari kasurnya, kakinya melangkah keluar dari kamar menuju dapur.
"Mamaaa kok ngga-" belum sempat menyelesaikan rengekannya, Seulgi tertegun melihat mamanya tidak sendirian di dapur.
"Nah, akhirnya bangun juga." ucap mama Seulgi sambil meletakkan kue yang baru dikeluarkan dari oven di pantry.
"Rene?" Seulgi memastikan bahwa ia tidak sedang berhalusinasi.
"Hai Kak?!"
Menyadari bahwa mamanya memang tidak sendirian memanggang kue, berarti ia tidak sedang berhalusinasi, dan karena malu masih bermuka bantal Seulgi buru-buru kabur ke kamar mandi. Tak lama si gadis beruang sudah selesai dengan aktivitas paginya dan menghampiri kedua wanita cantiknya yang tengah memotong kue dan menata hidangan itu diatas piring, hati Seulgi bergetar melihat kedekatan Irene dan mamanya. Dalam benaknya Seulgi membayangkan bahwa Irene adalah menantu mamanya yang sedang membuat kue bersama untuk Seulgi dan papanya.
ㅤ"Kenapa cengengesan gitu?" mama Seulgi menegurnya yang melamun, Seulgi tertawa pelan dan menggeleng merespon mamanya.
"Sorry ya, Rene, aku baru bangun." Seulgi berdiri tepat disebelah Irene.
"Nggak papa, Kak. Kak Seulgi keliatan kecapekan banget tadi jadi nggak tega bangunin." Irene menyodorkan segelas air putih dan diterima Seulgi dengan senang hati.
"Makanya kalo nggak bisa bangun pagi jangan ngajak pergi pagi-pagi." Mama Seulgi mengacak rambut anak bungsunya.
"Ih kan aku udah minta mama bangunin." Seulgi cemberut sambil merapikan rambutnya.
"Makan dulu sana sama Irene!" mama Seulgi menenteng kantong plastik yang berisi satu kotak kue dan berjalan meninggalkan dapur.
"Mama mau kemana?"
"Ke rumah Hyunjin."
"Lama nggak?"
"Tergantung pokok pembicaraannya." Mama Seulgi menaik-naikkan kedua alisnya.
"Ih mama ah, nanti pulangnya beli jajan ya ma?"
"Itu rotinya dimakan!" mama Seulgi berlalu dan Seulgi hanya bisa cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Masa' Gitu?
FanfictionBagaimanakah kisah persahabatan Alnaya Seulgi dan Irene Elenora pada masa SMA mereka? Season 2 dari Middle School. Better you read Middle School first 😉