26. Irene Day

312 51 5
                                    

Alunan musik jass mengalun lembut memenuhi sebuah kamar hotel dengan view pantainya yang menenangkan, angin malam berhembus masuk kedalam ruangan berpencahayaan remang itu melalui pintu balkon yang sengaja dibuka lebar, mengajak sinar rembulan untuk ikut berdansa.

Malam ini Seulgi menebus janjinya untuk mengajak Irene berdansa, Irene mengenakan dress pendek tanpa lengan warna ungu pastel, sedangkan Seulgi memakai celana jeans berwarna putih dan kemeja biru muda lengan panjang yang dilipat sesiku.

Tangan kiri Seulgi dan tangan kanan Irene saling menggenggam di udara, tangan kiri Irene terletak di bahu Seulgi dengan tangan kanan Seulgi yang bertengger nyaman di pinggang Irene, kaki mereka bergerak sesuai tempo.

Senyum terpatri di kedua bibir gadis itu, Seulgi memandang Irene penuh takjub, kecantikan Irene membuatnya tak bisa berkata-kata. Dengan polesan makeup tipis di wajahnya, rambut hitam panjang yang digerai, serta sinar rembulan yang menjadi satu-satunya pencahayaan di ruangan itu.. Seulgi kembali jatuh cinta untuk yang kesekian kalinya.

Sama halnya dengan Seulgi, Irene memandang si gadis monolid dengan kagum, paras gadis beruang itu sungguh diluar nalar: cantik, tampan, berkarisma, dan menggemaskan sekaligus.. sangat serakah menurut Irene.

"Kamu cantik banget, Rene." Seulgi terang-terangan memuji.

"Kak Seulgi juga, ganteng juga malahan."

Mereka berdua terkikik, Seulgi melepaskan tangan kanannya memberi sinyal, Irene ikut melepaskan tangan kirinya lalu memutar tubuhnya searah jarum jam dibawah tangan mereka yang masih bertautan di udara, kemudian kembali ke posisi semula.

DUAR!

Irene tersentak dan menutup matanya, ia terkejut mendengar suara ledakan kembang api dari luar sana. Seulgi tersenyum, hingga Irene membuka matanya ia masih tersenyum.

"Happy birthday Irene Elenora..."

Pupil mata Irene melebar, sudut bibirnya berkedut, senyum lebar tercipta di bibirnya. Ia menyadari, kembang api itu adalah ide Seulgi. Mereka berdua berpelukan.

"Makasih kak."

Irene mendongak, mata mereka bertemu. Seulgi memajukan wajahnya, memberi kecupan lembut di bibir Irene, keduanya tersenyum. Mereka kembali saling mendekatkan wajah mereka, berbagi ciuman manis serta memori di kamar yang hanya berpenerangan sinar rembulan, ditemani oleh alunan pelan musik jass, suara ledakan juga pemandangan kembang api.

- - -

"Rene?" Seulgi mengusap pipi Irene yang masih tertidur.

"Irene ayo bangun, mandi!" Seulgi mencubit-cubit gemas pipi Irene.

"Nggh!" Irene hanya mengerang dan kembali bergelung didalam selimut.

"Ayo bangun mandi, terus kita pulang! Kita sekolah Rene!"

"Ngantuk.. ayo bolos aja?!" Irene memeluk Seulgi erat.

"Eh, mana boleh.. kamu kan hari ini ulang tahun!" walaupun mulutnya berkata demikian namun Seulgi malah ikut menyamankan diri balas memeluk Irene.

"Sama kak Seulgi aja udah cukup."

Wajah Seulgi memanas mendengar penuturan gadis yang lebih muda itu, mengapa Irene selalu bisa dengan mudah memberi makan ego Seulgi? Meskipun Seulgi yakin Irene tengah ngelantur karena ngantuk.

Sungguh, sebenarnya Seulgi ingin sesekali menjadi egois, namun lagi-lagi ia harus mengesampingkan keinginannya.

"Kemarin perjanjiannya gimana?"

Sahabat Masa' Gitu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang