20. Tukang Ojek

395 71 5
                                    


Motor Seulgi berhenti didepan rumah bercat hijau tanpa pagar, tanpa berniat turun dari motornya Seulgi menstandarkan beat street hitam itu. Matanya mengamati rumah-rumah disekitar situ, tipe dan warnanya semua sama persis, hanya bagian halaman dan garasinya saja yang sedikit berbeda-beda. Orang-orang berseragam loreng juga banyak berlalu lalang di jalan itu, membuat Seulgi sedikit gugup.

Sunmi keluar dari pintu depan dengan seragam osis dan menenteng helm, ya, hari ini Seulgi menjemput Sunmi, Seulgi sendiri yang menawari.

"Selamat pagi kakak cantik." segera setelah Sunmi berada didekatnya Seulgi langsung menyapa diiringi senyum bulan sabitnya.

Sunmi tersipu lalu menepuk gemas lengan Seulgi, "Pagi Seul."

Sunmi memakai helmnya dan naik ke motor Seulgi, ia duduk menyamping, tangannya berpegangan pada jaket Seulgi. Motor matic hitam itu segera melaju, tidak pelan tapi juga tidak ngebut, padahal bel masuk sekolahnya akan berbunyi lima belas menit lagi.

Seulgi sengaja tidak ngebut supaya seandainya Sunmi mengajaknya bicara dia tidak hanya ha he ho.

"Kamu emang biasanya berangkat jam segini?"

"Aku tadi nganter Irene dulu, motor dia lagi diservis..."

Sunmi tertegun, lagi-lagi Irene. Sunmi sering berpikir kenapa Seulgi sepertinya sangat mengistimewakan Irene dibanding sahabatnya yang lain, ya walaupun Seulgi juga akan lebih mendahulukan ketiga sahabatnya yang lain ketimbang Sunmi, tapi perhatian Seulgi terlihat sangat berbeda pada Irene. Apa Seulgi sebenarnya menyukai Irene?

"...kan sekalian jemput kakak. Searah."

Sunmi hanya mengangguk dan tersenyum karena Seulgi menatapnya lewat kaca spion.

Seulgi dan Sunmi bertemu Moonbyul yang membonceng Wendy saat mereka berhenti sebelum masuk gerbang, Wendy dan Seulgi sama-sama melepas jaket karena peraturan sekolah siswa harus melepas jaket saat akan memasuki area sekolah.

Wendy dan Seulgi parkir bersebelahan, bersamaan dengan bel masuk berbunyi. Mereka tidak panik karena guru-guru akan apel terlebih dahulu maksimal lima belas menit.

Mereka berempat berjalan di lorong, Seulgi dan Sunmi memilih berjalan dibelakan WenByul. Banyak siswa-siswi yang memperhatikan mereka khususnya Seulgi dan Sunmi karena ini pertama kalinya mereka berangkat bersama, banyak yang menyapa mereka, tapi tidak sedikit juga yang terlihat siap menggibah.

"Mau aku temenin sampe kelas?"

Seulgi, Wendy, dan Moonbyul sudah harus berbelok ke kanan karena kelas mereka ada di lorong itu, sedangkan kelas Sunmi masih harus lurus kedepan.

"Nggak usah, orang cuma disitu." mereka berdua terkekeh.

"Oke, dadah kak!"

Sunmi melambai kearah tiga sekawan itu lalu melangkah menuju kelasnya, Seulgi Wendy dan Moonbyul berjalan bersama lalu duduk didepan kelas Seulgi.

"Tumben jemput kak Sunmi?"

Moonbyul menyandarkan punggungnya pada pilar tembok, matanya mengawasi guru-guru yang sedang apel di lapangan atas.

"Sekalian nganter Irene tadi, kan searah."

Wendy menghela nafas, tidak bisa dipungkiri mereka bertiga masih gemas dengan Seulgi yang berputar-putar dengan perasaannya.

"Lisa berangkat sama siapa?"

"Sama temenya tadi pagi-pagi mau nyontek pr."

"Eh nanti pulangnya nongkrong yuk dimana gitu, pengen cerita-cerita." Wendy yang jongkok di lantai diantara Seulgi dan Moonbyul yang duduk ditembok lorong menatap kedua sahabatnya.

Sahabat Masa' Gitu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang