28. TOD

397 57 7
                                    

Bugh!

Bugh!

Suara bola yang ditendang dengan kuat terdengar mengisi keheningan lapangan bola yang cukup besar, diujung sana terdapat seorang gadis setengah bule yang sibuk mengambili bola-bola yang telah ditendang oleh gadis bermata monolid yang hatinya tengah tidak dalam keadaan baik.

Kakinya melangkah mundur mengambil ancang-ancang, kemudian sedikit berlari lalu menendang bola berwarna putih biru itu dengan kuat, benda bulat itu melambung setinggi satu meter melesat kedepan, hampir saja mengenai gadis cantik yang sedari tadi menemaninya. Nafasnya berat memburu, namun ia bertingkah bahwa ia tidak sedang ngos-ngosan, monolidnya mengikuti pergerakan bola-bola yang dioper kembali ke arahnya.

"Udah yok, Seul?! Panas!"

Seulgi memicingkan matanya, mulutnya sedikit terbuka ikut menarik oksigen, dengan cepat ia mengatupkan mulutnya bertindak seolah-olah dia tidak sedang kehabisan oksigen.

"Panas bagus ini, kan masih pagi!"

Ini adalah hari sabtu, yang artinya jam pelajaran pertama dan kedua adalah pelajaran olahraga. Berhubung pak Bagas sang guru olahraga sedang diklat ke luar kota, kelas Seulgi bebas melakukan olah raga apapun.

Anak-anak kelas Seulgi sedang menggilai volly akhir-akhir ini, jadi hampir semua siswa kelasnya berada di gedung olahraga menonton anak laki-laki bermain volly, Seulgi sendiri memilih ke lapangan sepakbola bersama Wendy karena ia sedang ingin marah-marah.

"Aku traktir es hilo yok!"

Seulgi mengalah, membantu Wendy membawa dua bola sepak itu dan mengembalikannya ke gudang alat olahraga. Setelah dari gudang mereka bergegas menuju kantin, ada beberapa siswa disana walaupun ini masih jam pelajaran, dan kebanyakan memang siswa-siswa yang sedang mata pelajaran olahraga sepertinya.

"Kak Seulgi, kak Wendy!"

Mata Seulgi menangkap beberapa adik kelasnya yang juga memakai pakaian olahraga yang persis seperti miliknya, bibirnya otomatis tersenyum dan balas menyapa.

"Oh, hai Solar!" , "Hallo!" sapa Seulgi dan Wendy bersamaan.

Seulgi duduk di meja kosong disebelah meja Solar dan teman-temannya, sedangkan Wendy langsung menuju kantin tiga; kantin favorit mereka. Disana ada lima warung berderet seperti kios, dan kelimanya menjual makanan dan minuman yang hampir sama, namun kantin tiga adalah favorit Seulgi karena pemiliknya yang asik.

"Habis olahraga apa, kak?"Solar berbasa-basi.

"Kosong, pak Bagas diklat."

Solar hanya manggut-manggut, sedangkan teman-teman Solar sesekali mengamati Seulgi, ingin menyapa dan ikut mengajak bicara namun mereka segan.

"Buk, hilo buat Seulgi!" terdengar suara Wendy hingga ke luar.

"Seulgi, hilo greentea anget?" ibu kantin tiga melongokkan kepalanya keluar.

"Iya, buk!" Seulgi mengangguk sembari memberikan jempolnya.

"Nggak makan Seul?"

"Nggak buk."

"Kamu habis olahraga apa, Sol?" Seulgi menoleh.

Sahabat Masa' Gitu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang