ㅤ
Pada hari ini dan mungkin hingga beberapa hari kedepan, apabila melihat ada siswa yang mengenakan perban di telapak tangannya bisa dipastikan mereka adalah tim lomba paskibra sekolah Seulgi, tak terkecuali Seulgi sendiri yang mau-tidak mau harus memakai perban juga karena kulitnya meradang.
"Kamu pulang aja deh Seul, aku anterin." Moonbyul iba melihat kedua tangan Seulgi yang terbalut perban.
"Iya, biar nanti kita ijinin deh." Wendy yang sedari tadi membolak-balik tangan Seulgi juga merasa tidak tega.
"Aku kan masih bisa jalan, nanti aku dihukum gara-gara bolos pramuka gimana?" Seulgi merengut.
"Nggak bakalan deh, kakel pasti mundur duluan sama mulutnya Moonbyul." bela Lisa.
"HYOJUNG?!" Moonbyul sedikit berteriak memanggil Hyojung yang melintas didekat mereka.
"Hai hai teman-teman." Hyojung mendekat kearah empat sekawan itu.
"Hyo, kamu anak pramuka kan? Nanti tolongin ya kalo kelasmu lagi diabsen, nih ijinin Seulgi bayi." Moonbyul to the point mengutarakan tujuannya memanggil Hyojung.
"Oh.. iya nggak papa, anak paskib yang lain juga banyak yang ijin kok."
"Beneran?" heran Seulgi.
"Iya, soalnya senior paskibmu juga udah ijin ke pembina."
"Syukur deh kalo mereka masih berperasaan." Wendy memutar bola matanya.
"Hush!" Seulgi memperingatkan Wendy.
"Yaudah, aku kumpul ke anak pramuka dulu ya. Dah semua! Cepet sembuh ya Seulgi!" Hyojung berlalu meninggalkan mereka.
"Yaudah ayo aku anterin pulang?"
Moonbyul bangkit dari duduknya, Wendy membantu Seulgi memakai tasnya, dan Lisa membereskan sisa-sisa bungkus makanan mereka.
ㅤ
. . .
ㅤ
Suara bel bergema ke seluruh penjuru rumah, mama Seulgi yang sedang sibuk di dapur segera berjalan kedepan dan membukakan pintu.
"Siang tante."
"Eh Irene. Ayo masuk-masuk!"
"Iya tante..." Irene melangkahkan kakinya memasuki ruang tamu bersama Rose.
"Seulginya dikamar, paling ketiduran habis ngobatin tangannya."
Mama Seulgi mempersilahkan Irene untuk masuk ke kamar Seulgi yang pintunya sedikit terbuka, Seulgi memang selalu minta dibangunkan bila ada yang mencarinya daripada harus menyuruh tamunya pulang.
"Kekamarnya aja, dibangunin sendiri ya? Tante masih ada masakan didapur."
"Oh, iya. Makasih ya, Tante."
Mama Seulgi berlalu ke dapur, sedangkan Irene mengajak Rose masuk ke kamar Seulgi. Terpampanglah gulungan selimut diatas tempat tidur yang berisi seekor beruang sedang hibernasi. Irene mempersilahkan Rose duduk di sofa, sembari ia berjalan mendekati tempat tidur Seulgi dan duduk dipinggir kasur.
Mata Irene menelusuri meja belajar yang terdapat beberapa barang berserakan diatasnya, kotak salep, gunting, gulungan perban, dan plaster yang terlihat seperti baru digunakan dan belum sempat dirapikan.
"Kak?" Irene menepuk-nepuk pelan lengan Seulgi.
"Kak Seulgi?" Irene menggoyang pelan lengan Seulgi.
Mata Seulgi terbuka dengan cepat, sedikit terkejut namun langsung bisa menguasai dirinya. Dengan perlahan ia berbalik dan mendapati Irene ada didepannya, otomatis senyumnya mengembang.
"Rene?"
"Hey? Aku kesini." Irene tersenyum lembut kearah Seulgi yang bangkit mendudukkan dirinya.
Seulgi menyadari mereka tidak hanya berdua di ruangan ini, ia menoleh kearah sofa di ujung tempat tidurnya dan menemukan Rose duduk disana mengangguk sopan padanya.
"Hai kak Seulgi."
"Oh, ada Rose juga? Hai Rose."
Seulgi menyandarkan punggungnya di headboard tempat tidur, senyum bahagia masih bertengger di wajahnya.
"Gimana tangannya?" mata Irene fokus kearah tangan Seulgi yang ternyata tidak terbalut perban.
"Habis aku obatin tadi pulang sekolah, udah agak mendingan sih daripada semalem." dengan natural Seulgi menunjukkan kedua telapak tangannya yang masih terlihat merah dan sedikit mengembung.
"Ada-ada aja sih." Irene mengerutkan keningnya mengingat apa yang dikatakan Seulgi lewat telepon semalam.
Sakit di tangan Seulgi ternyata baru terasa saat hari menjelang malam, ia bahkan tidak sanggup memegang ponsel lama-lama jadi ia memutuskan untuk menelpon Irene.
"Nih aku bawain ini." Irene menyerahkan kantong plastik berlogo J.co .
Mata Seulgi berbinar, sudah lama rasanya ia tidak makan donat.
"Tapi tanganku belum diperban, gabisa makannya." Seulgi mempoutkan bibirnya.
"Dah jangan gemes-gemes, aku suapin!" Irene mencubit gemas pipi Seulgi.
ㅤRose bukanlah barang atau benda mati, namun saat ini ia menjadi saksi bisu atas kedekatan kedua manusia didepannya, yang selama ini ia dan teman-teman mereka sanksikan kebenarannya. Ia merasa saat ini kehadirannya seperti tak kasat mata, untung saja mama Seulgi datang membawakan minuman untuk mereka.
"Nih, tante buatin es campur. Ini bikin sendiri loh, ayo diminum!" mama Seulgi meletakkan nampan berisi tiga gelas es campur diatas meja sofa.
"Punya Seulgi yang nggak pake es." tambah mama Seulgi.
"Makasih tante..." Ucap Irene dan Rose bersamaan.
"Ma, ini dibawain Irene dua kotak, buat mama satu." Seulgi membuka kedua kotak berwarna oranye itu, mengecek perbedaan isinya yang ternyata sama.
"Wah udah lama nggak makan donat, makasih ya Rene." Mama Seulgi menerima satu kotak oranye itu.
"Yang ini namanya siapa? Baru pertama kesini ya?" mama Seulgi tersenyum ramah kearah Rose.
"Ah iya tante, saya Rose, temenya Irene." Rose mengangguk sopan.
"Ooo... temenya Irene cantik-cantik ya?" puji mama Seulgi.
"Hehe, makasih tante."
"Temenku juga cantik-cantik ma." celetuk Seulgi.
"Iya temenmu emang cantik, kamunya sendiri tuh liat sampe gosong gitu." ejek mama Seulgi sambil meninggalkan kamar Seulgi.
"Ih, mama tidak boleh diskriminesyen!" protes Seulgi, sedangkan Irene dan Rose tertawa melihat interaksi ibu dan anak itu.
ㅤSeulgi mengajak Irene duduk diujung tempat tidur dan makan bersama Rose yang sedari tadi terkacangi, namun bukanya merasa ditemani tapi malah Rose merasa jadi obat nyamuk. Adegan suap-menyuap dan cubit mencubit gemas tersuguhkan secara live didepan matanya, Rose sedikit menyesal mengiyakan ajakan Irene untuk menemaninya menjenguk Seulgi.
'Katanya sahabat, tapi kok gitu?'
ㅤ
ㅤ
ㅤ
—
Apa ini?
Mungkin hanya karena aku butuh asupan seulrene:)
Votmen-nya ayang-ayangku 👌

KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat Masa' Gitu?
FanfictionBagaimanakah kisah persahabatan Alnaya Seulgi dan Irene Elenora pada masa SMA mereka? Season 2 dari Middle School. Better you read Middle School first 😉