bagian 2 [9. i still love you]

11.5K 444 6
                                    

~I still love you just the way you are~

-Galvin-

"APA! KE SWITZERLAND?" Pekik Azalea melengking, menatap tak percaya pada sesuatu yang ada ditangannya. Tiket menuju negara yang sudah ia impikan sejak dulu, Switzerland.

Galvin menganggukan kepalanya. "Iya. Bulan Desember kita ke Switzerland, kamu mau kan?"

Azalea menolehkan kepalanya pada Galvin dengan tak percaya. "Tunggu, aku harus nenangin jantung aku dulu." Azalea memegang dadanya, yang kini terasa sangat menggebu.

"Kamu serius ini?" Tangan Azalea memegang tangan Galvin, ingin memastikan.

Tanpa ragu pria itu menganggukan kepalanya. "Iya."

Sejak kejadian di apartemennya 1 bulan lalu, Galvin langsung mengurus tiket untuk pergi ke Switzerland. Walaupun cukup menguras kantong, apalagi ia memesan tiket di akhir tahun, membuat harga tiket menjadi lebih mahal, tetapi itu bukanlah suatu masalah besar untuk dirinya.

12 tahun lalu ia tidak bisa mewujudkan impian Azalea di ulang tahunnya yang ke-17, karena saat itu ia belum cukup mampu untuk membeli tiket menggunakan uangnya sendiri, dan juga disaat itu umur mereka masih terlalu belia . Tetapi sekarang ia akan mewujudkan impian Azalea dengan uangnya sendiri.

"Jadi?" Tanya Galvin pada Azalea.

"Jadi apa?" Balik Azalea tak mengerti.

"Kamu mau?" Tanya pria itu lagi.

Tanpa menunggu lama, Azalea langsung menganggukan kepalanya. "MAU BANGET AAA. MAU NANGIS." Azalea langsung memeluk Galvin, dan berkali-kali mencium pipi pria itu, mengungkapkan rasa bahagianya. "I love you so much beb."

Galvin membalas pelukan Azalea, hatinya bahagia melihat Azalea yang begitu bahagia. "I know," balas pria itu.

Setelah puas berpelukan, Azalea melepaskan pelukannya.

"Aku nanti minta izin sama papa mama kamu," ucap pria itu yang hanya dibalas anggukan oleh Azalea.

"Tapi kayaknya kamu gak cuman izin sama papa mama aku."

Alis Galvin tertaut bingung. "Maksud kamu?"

Senyum menjengkelkan muncul dipermukaan wajah Azalea. "Ada banyak keponakan aku yang bakal nangis kalau tahu aku bakal pergi. Apalagi perginya sama kamu."

Galvin menipiskan bibirnya, mengingat para keponakan Azalea yang sangat posesif pada tantenya. "Lebih susah minta izin ke mereka daripada minta izin sama orang tua kamu."

•••

"Pergi berdua ke Switzerland?" Feri memandang dua anak manusia yang ada di depannya dengan tatapan tajamnya.

"Iya om," balas Galvin menganggukan kepalanya.

Feri semakin menatap tajam Galvin. "Hanya berdua? Kalau kalian hanya berdua tidak saya izinkan," tegas Feri.

Muka Azalea langsung memelas mendengar penolakan mutlak dari papanya. "Pah... please, kita sudah sama-sama dewasa, dan kami pasti bisa menjaga diri kami."

"Tidak ada yang bisa menjamin apa saja yang akan kalian lakukan disana." Feri mengalihkan perhatiannya dari Azalea ke Galvin. "Dan kamu tidak bisa membawa anak saya sesuka hati kamu. Dia tanggung jawab saya, dan saya sangat berusaha menjaganya. Saya percaya kamu adalah pria baik Galvin, tapi saya tidak ingin mengambil resiko jika saya biarkan kalian pergi berdua, apalagi sampai ke luar negeri."

Miranda mengangguk, menyetujui suaminya. "Mama juga setuju sama papa. Mungkin jika kalian sudah menikah kalian bebas pergi kemana saja berdua, tetapi untuk saat ini masih ada batasan yang tidak boleh kalian langgar."

CHERISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang