bagian 2 [10. Switzerland and moment]

13.7K 478 13
                                    

~Sejauh apapun aku melangkah, aku tetap memilih kamu~

-Azalea-

•••

Senyum Azalea tak henti-hentinya merekah. Hatinya dipenuhi kebahagiaan, karena impiannya yang dulu sangat ia damba-dambakan akhirnya terwujud. Ia bahagia sekali, sungguh.

Disampingnya Galvin merengkuh pundaknya, dan ikut tersenyum melihat Azalea yang begitu bahagia. Setelah 12 tahun ia tidak menepati janjinya pada Azalea, bahwa ia akan membawa wanita itu ke Switzerland, akhirnya hari ini ia berhasil menepati janjinya. Tak hanya itu, ia juga membawa serta kedua orang tua-nya dan kedua orang tua Azalea.

Saat ini mereka berada di salah satu tempat wisata paling populer di Switzerland, yaitu jungfraujoch.

Di Jungfraujoch, mereka menikmati keindahan gunung alpen. Untuk sampai di Jungfraujoch mereka tak perlu mendaki, karena mereka menaiki kereta listrik yang dinamakan jungfraubahn, atau yang lebih dikenal dengan, "top of europe."

Salju yang menyelimuti gunung Alpen, dan turun yang turun dari langit semakin menambah keindahan.

"Dingin banget." Azalea semakin menenggelamkan tubuhnya pada jaket yang ia kenakan.

Melihat tubuh Azalea yang menggigil, tanpa kata Galvin menarik tubuh Azalea kedalam dekapan hangatnya.

"Masih dingin?" Tanya pria ìtu.

Azalea menganggukan kepalanya. Tanyannya yang ia tutupi dengan sarung tangan ia gosok-gosokan, agar kehangatan menguar.

Galvin melepaskan Azalea dari dekapannya, lalu membuka kancing jaket yang ia kenakan. Azalea  berfikir bahwa pria itu akan melepas jaketnya dan memberinya pada Azalea, tetapi tebakannya salah sasaran.

Setelah seluruh kancing jaketnya sudah terbuka, Galvin kembali menarik Azalea agar masuk kedalam dekapannya. Pria itu menutupi tubuh Azalea dengan jaket yang ia kenakan, hingga tubuh mereka melekat seperti tidak ada jarak sedikitpun.

"Aku juga kedinginan. Begini lebih baik."

Azalea termangu. Galvin selalu memliki cara untuk membuatnya terdiam. Rasa dingin yang tadi sempat ia rasakan perlahan berkurang. Rasa hangat mulai melingkupi, walaupun tidak sepenuhnya.

"Gunung Alpennya bagus banget ya," gumam pria itu memandangi gunung Alpen yang seperti berdiri di hadapan mereka.

Gunung Alpen seperti menjadi saksi, bahwa ada 2 orang anak manusia yang sekarang sedang saling berpelukan, di dekapan masing-masing, saling berbagi kehangatan di tengah hamparan salju, serta bulir-bulir salju yang jatuh dari langit.

"Aku masih gak nyangka bisa lihat gunung Alpen secara nyata," sahut Azalea.

Kini tatapan keduanya saling beradu. Galvin menatap Azalea dengan dalam, dan Azalea memandang Galvin dengan binar dimatanya.

Perlahan Galvin menundukkan tubuhnya, lalu mencium kening Azalea cepat, hanya beberapa detik lalu kembali menatap Azalea dalam.

Jemari pria itu menyentuh bibir Azalea yang tampak berwarna merah karena perawatan bibir yang sering wanita itu lakukan.

"Maaf ya dulu aku cium kamu disini." Galvin mengetuk bibir Azalea dengan telunjuknya. "Walaupun gaada pembenaran, tapi dulu aku takut banget harus pisah dari kamu, tapi akhirnya kita beneran pisah selama 12 tahun. Sama seperti kamu, itu juga ciuman pertama aku. Aku janji, ciuman kedua kita akan dilakukan di altar."

Pipi Azalea merona merah. Ada apa dengan pria ini? Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba membahas hal seperti ini, membuat jantung Azalea ingin lompat dari tempatnya.

CHERISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang