9. Kebangkitan Sihir Sang Penghancur

16 3 0
                                    

"Masa depan tak ada yang pasti. Semua tergantung pilihan kita."

-Nimueh-

MERLIN mendesah panjang sambil memandang keluar jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MERLIN mendesah panjang sambil memandang keluar jendela. Ia bingung dengan dirinya. Mengapa ia melepaskan Nimueh? Bukannya berbahaya? Hatinya kian gundah. Merlin harus mengeceknya saat istirahat nanti. Apakah perempuan itu sudah keluar dari Camelot? Yang pasti para patroli tidak mengetahui keberadaannya. Tidak ada suara bel pertanda bahaya didentangkan!

Tiba-tiba kepalanya mendadak pening akibat terhantam oleh helm! Merlin menoleh sambil mengerang. Siapa lagi kalau bukan majikannya yang kasar? Menyebalkan!

"Cepat gosok pedangku! Apa yang kau lakukan, hah? Kau mengetahui rahasia juga? Dilahirkan oleh sihir? Hahaha!"

Merlin terbungkam. Benar! Pangeran arogan itu menebaknya dengan benar, Merlin terlahir oleh sihir! Bahkan dia seorang penyihir.

Dahi Arthur mengerut. "Kau ... tidak benar-benar dilahirkan oleh sihir, kan?"

Lidah Merlin kelu.

"Yang benar saja," imbuh Arthur dengan pandangan meremehkan, "jika iya, seharusnya kau sejenius aku. Bukannya idiot kuadrat!"

Lagi. Arthur melempar baju besinya. "Cepat bereskan!"

Merlin terkekeh. Ya. Arthur lebih bodoh darinya, tetapi ini akan menyelamatkan dirinya. Baiklah. Merlin harus fokus bekerja lebih dahulu!

Di sisi yang lain, Morgana berjalan di kebun bunga istana Camelot. Perasaannya masih gundah. Entah mengapa ia merasa percaya dengan ucapan Nimueh. Ada rasa sakit menyelusup di balik dada.

"Ayah angkatku adalah ayah kandungku," desis Morgana.

Rasanya menjadi masuk akal. Selama ini Morgana membenci Uther karena banyak mengeksekusi penyihir. Kini, perasaan benci malah tumbuh dalam dirinya. Bagaimana dirinya dibohongi oleh ayah kandungnya sendiri. Terlebih ia juga mendengar rahasia Arthur.

Lengkap sudah beban yang dipikul. Terlebih, dia adalah penyihir.

Penyihir.

Kepala Morgana mulai sakit. Memorinya berputar. Mimpi-mimpi masa depan itu, pasti erat kaitannya dengan sihir.

Kemudian, ia tak sengaja menabrak seseorang.

Tubuhnya tremor. Wanita berjubah merah di hadapannya.

"Hai, Morgana!"

"Ma-mau apa kau?"

"Kau tenang saja. Aku tak kan mengganggumu. Takdirmu bukan di tanganku. Kau ini jenisku, aku ingin kita bebas dari belenggu kekejaman Uther."

Nimueh mendesah. "Sejujurnya aku masih ingin balas dendam pada kalian, hanya saja keadaanku begini dan ...."

Nimueh tak melanjutkan. Ia mengulas senyum. "Kau, jangan lupakan jati dirimu, Penyihir Cantik. Mungkin kau bisa gantikan aku, Sang Penghancur."

Another Merlin (Hiatus🙏)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang