34. Perang Dingin

8 1 0
                                    

“Banyak hal yang harus kau pelajari. Kau pasti akan mengerti pada saatnya.”

–Balinor–

“ARTHUR, kau mendengarku?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“ARTHUR, kau mendengarku?”

Tak ada jawaban, membuat Merlin panik. Balinor melihatnya sekilas. “Dia masih bernapas. Tak ada satupun yang naga itu bunuh. Naga itu hanya bertahan hidup.”

Merlin menoleh.

“Tenanglah, aku akan membereskan naga itu.”

Balinor kemudian pergi ke arah naga liar. Dengan mantera, err, sepertinya bukan. Lebih tepatnya, Balinor berbicara dengan bahasa naga. Aura sihir itu terasa. Bahkan naga itu terlihat takut pada Balinor. Merlin kagum melihatnya.

“Ayah?” lirihnya.

Segera Balinor mengusir naga, dan semuanya menjadi aman. Naga yang kecil, tentu saja adalah pekerjaan mudah bagi Balinor. Sayang, tiba-tiba punggungnya ditodong pedang Uther.

“Kau? Balinor si penunggang naga!”

Raut muka Balinor terlihat sangat muram.

“Aku sudah menyelamatkanmu, inikah balasannya?”

Merlin cepat-cepat berdiri dan mendekat.

“Tolong, jangan sakiti dia. Aku yang memintanya.”

“Merlin!” tegur Balinor yang tak tega jika anaknya terlibat.

Merlin tak menggubris dan terus bicara. “Naga itu sudah pergi sekarang. Jika tak ada Tuan Balinor, mungkin Camelot benar-benar hancur seperti kata Lady Elena.”

Uther berdecak. Lagipula tubuhnya juga masih lemah. Tak ada tenaga untuk melawan orang lain, terlebih seorang penunggang naga.

Uther menurunkan pedang. “Baiklah. Kau bebas, tapi pergilah sejauh mungkin. Jika aku mendengar namamu lagi, aku tak akan segan mengeksekusimu.”

“Sebelum pergi, izinkan aku mengobati orang-orangmu dan mengawal kalian hingga ke perbatasan hutan. Tidak ada yang tahu ada makhluk apa lagi di luar sana.”

Uther terlihat tidak senang. Namun, rakyat Camelot sangat membutuhkannya. Terutama Arthur. Uther tidak tega anaknya masih dalam keadaan pingsan seperti itu. Akhirnya, Uther mengizinkan. Merlin senang. Artinya, ia masih bisa bersama ayahnya yang terpisah lebih lama lagi, sebelum kembali ke Camelot.

Hari makin larut, mereka harus tidur di hutan. Apalagi mereka masih terluka. Tidak baik jika memaksakan diri. Tatkala mereka tidur, Balinor menghampiri putranya.

“Ayah?”

Balinor tersenyum. “Menyenangkan sekali dipanggil ayah.”

Merlin terkekeh. “Aku juga senang bertemu denganmu. Bagaimana jika kau kembali bersama ibuku saja? Ke Ealdor?”

Another Merlin (Hiatus🙏)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang