24. Kencan Berujung Maut?

9 1 0
                                    

“Kau ragu memberikan ayam itu padaku?”

–Gwen–

WAJAH ceria terlukis pada seorang pelayan berponi rata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WAJAH ceria terlukis pada seorang pelayan berponi rata. Entah mengapa harinya terasa lebih cerah daripada biasanya. Arthur menatapnya dengan aneh sambil memakan sosisnya.

“Kau ini kenapa?”

“Tidak apa-apa, sangat sehat!”

Wajah pelayan itu benar-benar bak bunga matahari. Lalu ia bersenandung sembari mengerjakan tugasnya—membersihkan perabot dengan kemoceng. Arthur mengabaikannya. Ia kembali melahap sosis dan ayamnya. Lantas, terbesit ide dalam benaknya.

“Ah, karena kau sangat ceria hari ini, pastikan bawa kabar gembira pada Gwen.”

“Hm?”

“Beritahu dia, aku dan Gwen akan berkencan di hutan Shirley.”

“Ouh, yang benar saja.”

Arthur menatap tajam. “Ini perintah!”

Merlin merapatkan bibir. Ia menyetujuinya. Terpaksa. Yaa, tidak masalah memang menjodohkan sahabat-sahabatnya. Hanya saja ia sedikit malas melakukan hal ini di mana dirinya masih melajang. Oh, tidak.

Merlin kemudian menuruti apa kata tuannya. Pekerjaan tetap pekerjaan. Untunglah suasana hati Gwen juga bagus, sehingga memudahkan pekerjaannya. Meskipun gadis hitam manis itu masih mengingat kekesalannya di masa lalu tentang perangai Arthur.

Sebelum keduanya berkencan, Arthur menyuruh Merlin untuk membawakan aksesoris wanita terbaik di pasar. Arthur tidak ingin tangan kosong saat membawanya ke hutan. Merlin pun menuju salah satu stan. Ia bingung memilih yang mana.

“Eh, itu si wanita misterius.”

“Ah, ya, benar. Mau cari apa dia? Semoga ke tempat kita. Ah, aku persiapkan barang terbaik.”

“Tentu saja, Honey! Kalau perlu barang premium kita, keluarkan semuanya.”

Merlin terheran mendengar percakapan si penjual aksesoris. Tidak hanya mereka, tetapi para penjual dari stan lain pun saling berbisik. Samar-samar, Merlin mengingat saat pertama kali datang ke Camelot. Ia juga bertemu dengan wanita itu. Siapa, sih, dia? Mengapa ramai sekali dibicarakan?

Merlin menoleh ke sana kemari, sampai menemukan wanita bergaun hijau, bertudung. Tentunya cukup mewah. Apalagi wanita itu jalan menunduk. Pasti dia wanita yang dibicarakan orang pasar.

“Hei, dia kemari! Cepat siapkan barangnya!” pekik si penjual pada istrinya. Merlin pun kian gugup. Benar saja! Wanita itu berdiri di sebelahnya!

Merlin penasaran. Ia berusaha mengintip wajah wanita itu. Namun, sulit sekali. Wanita itu terus menunduk menyembunyikan mukanya. Merlin pun berdeham.

Another Merlin (Hiatus🙏)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang