61. Questing Beast

5 1 0
                                    

"Sudah banyak wanita yang tak memahamiku. Hanya dia, satu-satunya yang memahamiku."

–Arthur–

BUNGA matahari terlihat indah di mata Gwen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BUNGA matahari terlihat indah di mata Gwen. Di Tenesa memang sangat banyak tumbuhan ini. Gwen menyukainya. Ia membawa satu pot kecil dan ingin memberikannya pada Arthur. Agar kamarnya terlihat lebih indah dan ceria. Bagaimanapun Gwen ingin menghibur Arthur yang sudah terkhianati oleh adik tirinya.

Namun, langkahnya terhenti tepat di depan pintu saat tak sengaja mendengarkan percakapan Arthur dengan ayahnya.

"Tidak, Ayah." Arthur frustrasi. "Kita baru saja mengalami musibah. Ini terlalu cepat!"

"Justru karena itu!" Uther tak mau mengalah. "Kerajaan kita sedang di ujung tanduk. Aku yakin di luar sana akan semakin banyak yang mengincar Camelot."

Uther menarik tangan anaknya. "Aku tahu kau membenciku," katanya dengan pandangan sendu, "tapi kerajaan membutuhkan kekuatan. Mythia, adalah kunci kemakmuran kita."

Hampir saja Gwen menjatuhkan pot dalam genggamannya. Ah, tidak. Mengapa lagi-lagi Arthur dijodohkan? Bahkan di saat sulit seperti ini? Rumah saja tidak punya, apakah Gwen harus menambah rasa sakit hatinya melihat sang pujaan menikah dengan orang lain?

Tak kuat mendengarkan percakapan selanjutnya, Gwen bergegas pergi dari sana. Tetesan air matanya pun sudah tak terbendung. Apa seharusnya dia tinggal di Camelot saja? Biar saja dimakan oleh Morgana sekalian! Ah, Gwen sungguh frustrasi.

Sampai akhirnya dia berhenti karena cekalan Lancelot.

"Kau menangis?" Lancelot membeliak.

Gwen segera menghapus air matanya. "Tidak. Hanya kena debu."

"Jangan bohong, Gwen. Aku tahu kau."

Gwen hanya diam. Menahan dirinya agar tangisannya tak lagi tumpah. Sungguh memalukan!

"Arthur lagi? Kenapa dia?"

Gwen menggeleng. "Dia tidak salah apa-apa."

"Jawabanmu ambigu sekali," protes Lancelot, "bukan karena ... wanita lagi? Putri Mythia?"

Gwen lagi-lagi diam membeku.

Lancelot mendesah pelan. "Sudah kuduga. Aku juga sudah mendengar dari gosip para pelayan kalau mereka akan dijodohkan. Ternyata benar."

Gwen tersenyum getir. "Itu memang nasib seorang pangeran. Aku tak bisa menyalahkannya. Aku saja yang tidak tahu diri."

"Jangan bilang begitu!" protes Lancelot, "kita hanya manusia biasa. Kita tak bisa mengontrol perasaan kita sesuka hati."

Hati Lancelot berdesir. Ada keinginan merebut Gwen kembali. Namun, sebisa mungkin ia menahannya. Ah, mengapa Arthur harus seorang pangeran?

***

Another Merlin (Hiatus🙏)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang