BAB 14

3.2K 168 8
                                    

Akhirnya bisa update lagi, aku gak nyangka cerita ini mendapat lebih banyak pembaca baru, walau buat sebagian orang itu mungkin angka yang kecil, tapi buatku yang pemula ini itu angka yang sangat berarti.😊

Apalagi mulai ada yang kasih komen dan lebih banyak dukungan buat cerita ini, jadi thank you banget buat kalian yang mau baca cerita ini, aku berharap kedepannya bakal akan lebih banyak yang vote cerita ini biar aku semangat update.

Aku juga mau minta maaf kalau ada di antara kalian yang ngerasa alur cerita ini lambat, tapi aku buat cerita ini dengan segala kemampuanku yang terbatas ini.

So..guys happy reading... jangan lupa kasih vote, komen dan tandai typo supaya bisa diperbaiki.

Love💜,

IRvinte

°°°

Valerie terbangun dari tidurnya, merasakan sinar jingga menyilaukan penglihatannya, reflek tangan kananya menghalau sinar matahari senja yang menerpa wajahnya itu. Ia mengedarkan pandanganya ke sekeliling ruangan, sambil duduk di kasur mengumpulkan nyawanya.

Disadarinya ia berada di kamar tidur bernuansa abu-abu yang cukup luas, dengan jendela besar yang kini menampakkan pemandangan indah matahari yang mulai terbenam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disadarinya ia berada di kamar tidur bernuansa abu-abu yang cukup luas, dengan jendela besar yang kini menampakkan pemandangan indah matahari yang mulai terbenam. Seketika Valerie teringat kejadian tadi siang yang membuat tubuhnya kembali meremang.

Ia menyadari kamar yang ditempatinya kini adalah kamar Rigel. Syukurlah laki-laki itu sedang tidak terlihat di kamar ini, karena jujur saja Valerie bingung harus bersikap separti apa saat nanti berhadapan dengan Rigel setelah kejadian tadi siang yang mereka lalui.

Di saat seperti ini, lebih baik Valerie membenahi dirinya terlebih dahulu. Dikenakan kembali kemejanya yang tergeletak di ujung ranjang, Valerie bangkit dari tempat tidur sambil mengancingkan kemejanya dengan benar.

Langkahnya diarahkan pada sebuah pintu yang ia yakini sebuah kamar mandi yang ada di baliknya. Setidaknya Valerie masih mempunyai waktu untuk memikirkan jalan keluar untuk menghadapi Rigel akibat tindakan impulsifnya.

Valerie merenung di depan cermin kamar mandi yang menampakkan bayangan dirinya. Dapat dia lihat dengan jelas beberapa bercak merah yang terlihat di beberapa bagian tubuhnya yang ia ketahui pasti apa penyebabnya.

"Valerie.. what should you do now?" Tanya Valerie pada dirinya sendiri.

Ditepuknya dua bilah pipinya untuk membuat pikirannya segar karena ia harus memutar otak, mencari cara bagaimana dirinya menghadapi Rigel nanti. Dengan rasa gamangnya, dibasuh wajah itu dengan air dingin untuk membuat otaknya dapat berpikir lebih jernih.

Valerie berusaha sedikit memperbaiki penampilannya sambil terus berpikir. Ia menyisir rambut pendeknya dengan jari-jari tangan agar penampilannya terlihat lebih baik. Walau belum menemukan solusi yang tepat, Valerie berusaha memberanikan diri melangkahkan kakinya ke luar kamar mandi, menarik nafasnya pelan menyiapkan diri, sebelum membuka pintu kamar Rigel.

Do More..!! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang