BAB 33

1.6K 108 4
                                    

Note: yang di bawah tujuh belas tahun, tolong menepi dulu..!!

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Setelah Valerie menyadari Rigel yang ternyata demam, Rigel yang sebelumnya masih nampak baik-baik saja tiba-tiba ambruk menimpa tubuh Valerie hingga membuat Valerie panik. Entah sejak kapan suhu tubuh laki-laki itu naik, tapi mungkin sudah sejak tadi hanya saja Rigel tidak menghiraukannya dan akhirnya laki-laki itu baru merasakan sekarang, saat tubuhnya sudah benar-benar tumbang.

Di tengah rasa paniknya itu, dengan susah payah Valerie menggeser tubuh Rigel dari atas tubuhnya, membaringkan Rigel pada posisi yang lebih nyaman. Bisa Valerie lihat keringat sebesar biji jagung mulai muncul membasahi dahi Rigel yang masih terjaga menatapnya sayu.

Berusaha tetap bersikap tenang, Valerie segera menyelimuti tubuh Rigel yang mulai menggigil kedinginan. Mencarikan baju hangat dan mengenakannya pada tubuh Rigel yang atasannya tadi telah ditanggalkan.

"Kenapa gak bilang kalo kamu sakit Ri..?!" Ucap Valerie dengan raut khawatir yang terlihat jelas dari wajah cantiknya.

"Gak kerasa, cuma tadi tiba-tiba aja langsung lemes." Jawab Rigel dengan suara paraunya.

"Kamu ada obat demam?" Tanya Valerie yang duduk di tepi ranjang, membenarkan latak selimut Rigel.

"Coba cari di kotak obat di nakas ruang tengah..." jawab Rigel lirih.

Setelahnya Valerie lekas keluar dari kamar mencari kotak obat yang dimaksud Rigel. Valerie bisa bernafas sedikit lega ketika mendapati kotak obat yang berhasil ditemukannya berisi beberapa jenis obat yang cukup lengkap.

Bahkan ada plester demam untuk anak yang entah kenapa, juga ada di sana. Tanpa berpikir panjang, Valerie mengambil plester demam itu bersama obat penurun demam yang aman langsung diminum serta termometer yang dicarinya.

Masuk kembali ke dalam kamar dengan membawa air minum yang diambilnya dari dapur, Valerie segera mendekat, duduk di samping Rigel yang masih berbaring di atas ranjang. Valerie memeriksa suhu tubuh Rigel dengan termometer, memastikan suhu tubuh yang ternyata sangat tinggi. Panas tubuh Rigel yang mencapai angka tiga puluh sembilan derajat membuat Valerie lekas membuka bungkus obat penurun demam yang dibawanya.

"Diminum dulu obatnya..!" Ucap Valerie mengangsurkan obat demam di depan mulut Rigel yang langsung diminum laki-laki itu tanpa protes.

Dalam diamnya Rigel terus memperhatikan segala hal yang dilakukan Valerie. Memperlihatkan Valerie yang di dini hari seperti ini dengan cekatan mengurus dirinya yang tiba-tiba tumbang tanpa kepanikan yang berarti, benar-benar tipikal Valerie yang tenang dan selalu terkendali.

Meski sadar terus diperhatikan Rigel, Valerie melakukan segala hal tanpa terganggu sama sekali. Dangan tenang Valerie menyibak rambut yang menutupi dahi Rigel, menempelkan plester demam bergambar pesawat yang tadi ditemukannya pada dahi Rigel.

Do More..!! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang