BAB 39

1.4K 119 11
                                    

Happy reading..!!💜
Minta bantuannya tandain typo ya..🙏

°°°

Sepasang netra yang baru terpejam itu, kembali terbuka. Menatap langit-langit kamar yang gelap tanpa penerangan.

Kepalanya yang terus bekerja dipenuhi pikiran rumit tentangnya dan Rigel membuat Valerie tak sedikitpun bisa memejamkan mata lelahnya. Sekeras apapun Valerie mencoba untuk terlelap menyusul dua sahabatnya, nyatanya dia tetap tidak bisa melakukannya.

Lelap yang Valerie nanti tetap tak kunjung datang, hingga tenggorokannya terasa sakit akibat rasa gundah yang terus mencekiknya. Rasa mencekik itu memaksa Valerie untuk beranjak dari tempat tidur yang dia ditempati bersama dua sahabatnya.

Beranjak melangkah keluar dari kamar tamu itu, Valerie mendapati suasana apartemen Rigel sudah gelap dan sepi.

Ketika melangkah melewati ruang tengah untuk menuju dapur apartemen Rigel, dalam cahaya temaram Valerie mendapati teman-temannya tertidur di sana. Tentu saja di waktu dini hari seperti ini, yang lain pasti juga sudah tertidur pulas.

Raihan, Evan, Dion nampak pulas tertidur di sofa, karpet, di sembarang tempat di ruang tengah itu. Valerie bahkan dengan jelas mendengar salah satu di antara mereka mengeluarkan suara dengkuran keras, meski tak tahu pasti siapa pelakunya.

Menyadari ada sesuatu yang terlewat, netra Valerie reflek bergulir mencari seorang yang keberadaannya tidak ia temukan di sana. Entah di mana keberadaan laki-laki itu, mungkin dia memilih terlelap di kamarnya sendiri, pikir Valerie yang tanpa sadar benaknya tetap memikirkan sosok Rigel.

Di saat itu Valerie baru menyadari, jika dirinya sudah terlalu terbiasa dengan keberadaan Rigel di dekatnya, dan entah dimulai sejak kapan dirinya juga selalu mencari keberadaan Rigel saat mereka berada di tempat yang sama.

Tak ingin menambah kekacauan dalam dirinya, Valerie berusaha mengenyahkan pikiran yang bisa menambah beban pikirannya ini. Valerie memilih segera melupakan dan melanjutkan langkahnya ke area dapur, mencari air minum untuk meredakan rasa mencekik di tenggorokannya.

Ketika Valerie melewati ruang tengah setelah menyelesaikan urusannya di dapur dan berniat segera kembali ke kamar tamu, saat itu Valerie akhirnya menyadari sliding door yang menghubungkan ruang tengah dengan balkon apartemen ini, terbuka hingga semilir angin malam yang berhembus cukup kencang bisa masuk ke dalam ruangan.

Tanpa berpikir panjang, Valerie kemudian mendekati sliding door yang terbuka itu, untuk menutupnya. Namun niatannya itu langsung dia urungkan begitu dirinya mendapati sosok yang tanpa sadar sempat dicarinya tadi ternyata tengah duduk di sana.

Di sofa balkon dini hari seperti ini, laki-laki itu terlihat termenung sambil menyesap benda panjang yang nengepulkan asap putih beraroma tembakau. Cahaya remang dari lampu bangunan sekitar yang masih menyala, membuat Valerie bisa melihat raut lelah seorang Rigel yang terlihat menyimpan banyak beban pikiran.

Sosok Rigel yang dilihatnya sekarang membuat Valerie ingin sekali berganti merengkuh sosok yang biasanya selalu merengkuhnya ke dalam pelukan hangat itu. Tapi entah kenapa dirinya merasa tak bisa melakukannya sekarang, karena sejujurnya sekarang pun, Valerie juga merasa sama lelahnya dengan situasi yang sedang mereka hadapi ini.

Karena itu Valerie berniat beranjak dari sana sebelum Rigel menyadari keberadaannya. Tetapi begitu Valerie baru berniat berbalik meninggalkan tempatnya, Rigel lebih dulu menyadari keberadaan yang berdiri di depan sliding door yang terbuka.

"Gak bisa tidur..?" Begitu mata mereka saling bertemu, Rigel menanyakan pertanyaan yang ia rasa tidak memerlukan jawaban karena mereka berdua tahu jika mereka sedang berada dalam kondisi yang sama.

Do More..!! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang