BAB 50

774 49 10
                                    

Hai... apa kabar semuanya..?

Masih betah nunggu kelanjutan ceritanya kan..?
Kalo ada yang udah lupa sama ceritanya karena nunggu terlalu lama, bisa baca ulang dulu guys, sekalian juga yang kelupaan vote bisa kasih vote dulu hehe....😅
Sama jangan lupa tinggalin komen sebanyak-banyaknya dan follow account-ku ya..!

Satu lagi, minta bantuannya tandai typo🙇‍♀️

Enjoy the story..!

Luv💜,
IRvinte

°°°

Valerie berjalan tak tentu arah dengan penglihatan yang mengabur karena lelehan air mata yang terus menetes membasahi kedua pipinya. Ia terus melangkah, hingga kakinya yang tak sanggup lagi untuk menopang tubuhnya itu membawanya terduduk di bangku sebuah taman terbengkalai di bagian paling ujung area rumah sakit yang sepi.

Gadis itu tertunduk, terisak mencurahkan segala sesuatu yang ditahannya tanpa ada seorang pun yang melihatnya. Berharap isak tangisnya itu bisa membawa pergi rasa sesak yang mencekik lehernya juga rasa sakit di dadanya.

Meski kenyatanya, tentu tidak demikian. Bahkan sampai matanya tak mampu lagi untuk meneteskan air mata, rasa sakit yang ia rasakan tetap di sana, tak pernah sedikit pun berkurang.

Lama dalam posisi itu, gadis itu akhirnya menangkat pandangannya. Netra sembabnya manatap ke atas pada teriknya matahari yang bersinar cerah di sela dedaunan pohon. Sapuan lembut angin yang bertiup membawa Valerie hanyut berkelana dalam angan-anganya.

Segala perkataan Rigel terus terngiang-ngiang di benaknya hingga membuat telinganya terus berdenging. Setiap kata yang diucapkan Rigel terputar berulang-ulang di kepalanya menghantarkan rasa sakit di setiap denyutan jantungnya.

Kenyatan pahit yang baru saja didengarnya itu benar-benar menamparnya sangat keras. Valerie tak pernah mengira keputusan yang dibuatnya akan membawanya sampai pada titik ini.

Dirinya kacau, Rigel hancur berantakan dan keluarga Rigel juga tidak ada yang baik-baik saja. Semuanya menderita, tidak ada yang bahagia. Semua terjebak dalam penyesalan dan rasa bersalahnya masing-masing.

Valerie mulai berpikir kembali untuk apa dia melakukan semau ini, untuk siap sebenarnya ia berjuang sekeras ini jika kenyataan yang ada, kebahagiaan semu yang coba mereka raih hanya sebuah kebohongan. Jika pada akhirnya Rigel dan dirinya pun sampai di titik di mana mereka mulai kehilangan harapan.

Suara gemrisik dedaunan yang ditiup angin membuat mata Valerie terpejam. Ia abaikan dering ponsel yang terus berbunyi di dalam tasnya.

Valerie merenung di sana cukup lama, sampai kemudian ia mengeluarkan ponsel di dalam tas yang sudah menunjukan banyak chat dan panggilan tak terjawab dari teman-temannya yang menanyakan keberadaan dirinya yang belum kembali.

Valerie kemudian mengetikkan sebuah pesan untuk Ellen ketika sadar ia tak mungkin bisa bertemu dengan teman-temannya dalam kondisinya sekarang. Ia pikir untuk saat ini dirinya juga belum sanggup jika harus menatap wajah Rigel lagi.

Valerie Rayleenca
Sorry Len, gue ada sedikit urusan,

Ini gue langsung balik.

Begitu pesan itu terkirim, Valerie langsung menyimpan kembali ponselnya dalam tas. Tanpa menunggu pesan balasan dari Ellen, Valerie beranjak dari sana pergi meninggalkan rumah sakit.

Do More..!! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang