BAB 36

1.5K 133 11
                                    

Hai guys..! Mohon bantuannya buat tandain typo ya..🙏

Gak mau panjang-panjang cuma mau ingetin jangan lupa follow account-ku dan kasih banyak-banyak komen. Mau minta tolong juga buat share cerita ini ke teman-teman kalian.
Terima kasih..🙏

Luv💜,
IRvinte

°°°

Dalam perjalanan pulang, Valerie hanya termenung menatap hampa tetes air hujan yang meluncur membasahi jendela mobil yang melaju menembus rintik hujan yang turun semakin deras. Ponselnya di dalam tas yang sedari tadi terus bergetar, tak membuat Valerie sedikitpun berpaling.

Tak perlu berpikir keras untuk mengira siapa yang saat ini terus menghubunginya. Karenanya Valerie memilih mengabaikannya, membiarkan ponselnya terus bergetar tanpa memberi respon.

"Kok diem aja Ve? Hpmu kayaknya dari tadi getar terus lho..!" Ujar sang ayah memecah Valerie dari lamunannya.

Ayahnya mungkin merasa heran melihatnya terus terdiam semenjak mereka masuk ke mobil sampai sekarang. Apalagi rentetan getaran cukup jelas terus terdengar dari ponselnya, justru ia abaikan.

"Agak ngantuk Yah, paling juga cuma temen-temen di group chat aja..!" Ucap Valerie berkilah memeberi alasan, sambil sedikit menoleh ke arah ayahnya yang masih fokus mengemudikan mobil.

Ayahnya terkekeh mendengar jawabannya, dengan melirik sekilas pada Valerie, sang ayah kemudian berucap, "ya udah tidur aja..! Sampai rumahnya masih lama di depan mulai macet, apalagi ujan gini..!"

Dengan itu tak ada lagi yang membuka suara, ayahnya sibuk dengan kemacetan yang ada. Sementara Valerie kembali memalingkan muka ke arah kaca jendela mobil, membiarkan sang ayah berpikir bahwa ia sudah terlelap meski sebenarnya Valerie sama sekali tak memejamkan mata dan hanya menatap kosong ke arah semrawutnya kemacetan lalu-lintas.

Meski bertingkah seolah tak tahu apa-apa, Andra sebagai seorang ayah sebenarnya menyadari sasuatu mungkin telah terjadi pada putrinya. Hanya saja ia tak tahu permasalahan apa yang terlihat mengganggu sang putri, dan ia juga sadar untuk tidak memaksa putrinya itu untuk bercerita padanya.

Karena ia sadar sedikit banyak sikap tertutup Valerie seperti ini disebabkan karena perceraiannya dengan sang mantan istri. Ia dan sang mantan istri sibuk melepaskan diri agar tidak menyakiti satu sama lain, hingga terlambat menyadari jika sebenarnya putri merekalah yang paling terluka.

Di masa kecil sang putri mereka meninggalkan luka yang tidak bisa putri kecilnya bagikan pada mereka sebagai orang tua. Mereka lalai hingga saat itu, gadis kecilnya itu harus memendam semua lukanya sendiri.

Dan karena tindakan tak bertanggung jawab mereka sebagai orang tua, sampai sekarang putrinya yang sudah beranjak dewasa itu, jadi terbiasa untuk menyimpan segala masalahnya sendiri.

Karenanya setelah semua kesalahan yang telah ia lakukan pada sang putri, Andra tak sanggup lagi untuk menuntut lebih banyak dari putrinya. Melihat putrinya tumbuh beranjak dewasa dengan baik setelah kegagalannya memberikan keluarga yang utuh dan harmonis pada sang putri saja sudah cukup baginya sebagai orang tua.

Maka sebab itu, ia memilih berpura-pura tidak menyadari keanehan perilaku putrinya sekarang. Memberi ruang agar putrinya tidak merasa tak enak hati padanya, meski diam-diam matanya terus melirik mengawasi sang putri yang terlihat tidak baik-baik saja.

°°°

Jam di kamarnya sudah menunjukkan angka setengah dua belas malam, namun Valerie sama sekali tak bisa memejamkan mata. Pikirannya terasa sangat penuh hingga ia tak bisa sedikit pun terlelap meski lampu kamarnya sudah ia matikan sejak tadi.

Do More..!! [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang