Dare dua puluh

202 14 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Cahaya matahari menerobos masuk melalui jendela kelas dua belas IPS. Seperti biasa seisi kelas akan selalu ramai oleh orang-orang yang asik bergosip ria ataupun memainkan benda yang mereka sengaja bawa dari rumah seperti; ponsel. Tapi berbeda gadis dengan rambut terikat rapih itu memasang headset di kedua telingan sembari menenggelamkan lengan dan wajahnya di atas meja. Kebetulan ada pengumuman dari kelas sebelah hari ini salah seorang gurunya di pelajaran pertama tidak akan datang karena itu, Zehra sangat bosan. belum lagi sudah dua hari Daisy izin tidak masuk. Entah kemana teman cerewetnya itu berada.

Satu kotak bekal kosong dia taruh di atas meja. Lelaki kelas sebelah itu mengambil duduk di bangku yang bisa di tempati Daisy tepat di samping gadis yang tengah terpejam mendengarkan alunan musik K-Pop melow. Tanpa sedikitpun gadis itu berbalik melihatnya. Bahkan para murid di kelas menatap kedatangan lelaki berpenampilan urukan itu---memulai membicarakan aksi modus nya.

Ponsel Zehra bergetar bertepatan saat putaran lagu di telinganya lenyap di ganti suara deringan. Gadis itu setengah malas mengganti posisinya mencopot headset menatap nomor asing yang berani menghubunginya.

"Semalem gak tidur, Pasti mikirin gue?" Suara berat di samping kanan Zehra mengagetkannya. Seorang yang tidak ingin Zehra temui menempelkan ponsel di telinga sembari melayangkan senyuman manis padanya. Siapa lagi jika bukan manusia macam dedemit bagi Zehra dan lagi-lagi mengganggunya, sepagi ini.

"Astaga. Lo ngapain di sini?" Kaget Zehra mengusap dada menatap Arlon. Lelaki itu mematikan sambungan teleponnya. Tidak putus asa, biarpun gadis ini memblokir nomor teleponnya tempo hari tetap saja dia dapat menggantinya dengan nomor lain.

"Temen cerewet Lo kemana?" Tanya Arlon.

"Gak masuk izin."

"Terus, lo mau ngapain masih di sini? Daisy gak ada." Sinis Zehra terdengar helaan napas seraya merapihkan kembali buku-buku di atas meja.

"Jangan jelous, Zer. Gue bukan mau nemuin temen lo. Gue kangen sama lo, sekalian Gue mau balikin kotak bekel lo?" Kata Arlon menyodorkan kotak bekal milik Zehra yang telah kosong dan tentu saja sangat bersih berkat dirinya mencucinya sampai berulang kali harum sabunya bahkan masih tercium.

"Arlon. Lo di sini dah, Lo ikut tanding kagak sore ini ama anak-anak nusa dua?" Panggil seorang lelaki dari kelas sebelah ngos-ngosan sehabis bermain basket tadi. Dia berdiri menghalangi pintu masuk menatap bangku belakang dimana Arlon berada.

"Gue udah bilang ama si Zidan pasti ikut. Eh, pacar lo ikut kagak gue mau bawa si Zehra juga?" Sahut lelaki pemilik senyum manis itu melirik jahil Zehra, hanya sekejab.

"Cielah .... udah official aja, Lon?" Ejek teman sekelas Arlon tadi. Sontak saja para siswi mulai berbisik-bisik membicarakan most wanted mereka. Zehra berdecih memberikan tatapan kesal, siapa juga yang ingin menemaninya yang ada dia semakin bosan di sana.

ZERLON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang