Dare duabelas

278 17 0
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Motor sport Arlon memasuki halaman sekolah dengan gedung yang nampak menjulang tinggi tak terkecuali lapangan luas terdapat di dalamnya. Lelaki berpenampilan urakan itu memarkirkan motornya tepat di parkiran luas berjajar pula mobil-mobil serta banyak motor milik para penghuni sekolah. Zehra cepat-cepat turun dari motor Arlon, demi apapun lelaki ini sangat cerewet apa saja dia katakan baik ceramah ataupun gombal.

"Zer. Lupa sesuatu?" Panggil Arlon membuat Zehra mendengkus membalikan badan. Lelaki itu mulai turun dari motornya mengaitkan helmnya pada kaca spion motor.

"Apa?" Balas Zehra malas-malasan. Lesung pipinya terlihat jelas seraya mengarahkan lengan kanannya lalu menggerakkannya seolah menyuruh Zehra segera mendekat padanya. Gadis itu memutar bola matanya malas, walaupun dia ragu mendekati pria ini apalagi sempat dia ambil jepitan spesialnya untung sekarang dia tidak memakai aksesoris apapun selain kunciran.

Deg!

Lelaki bermata besar itu mendekatkan wajahnya meneliti wajah Zehra lamat-lamat. Entah Arlon hanya penasaran mengapa gadis ini begitu istimewa bagi Alvin padahal dia terlalu biasa. Dia pikir wanita cantik banyak di luar sana belum lagi gadis ini pemalu, dia akui pantas dengan sepupunya sama-sama tak banyak bicara gengsinya tinggi pula. Wajah Zehra memang manis, bentuk hidung kecil, kulit putih bersih, serta pipi sedikit chuby.

"Tipe si Alvin modelan Lo. Ck, Lo bukan tipe gue, terlalu biasa. Lo kelihatan cewek baik-baik gak asik kalo gue maini." Cibir Arlon matanya tak terlepaskan dari gadis itu. Zehra segera memalingkan wajahnya cepat, apa tadi? Ini kali pertama baginya di tatap lelaki asing dengan jarak terlalu dekat. Arlon tersenyum kecil lengannya terangkat mengelus pucuk kepala Zehra.

"Tapi senyum Lo manis bikin diabetes!" Katanya pelan.

"Oh, makasih tumpangannya. Gue kelas duluan." Ketus Zehra menepis lengan Arlon. Ini orang ketiga yang menatapnya jengah selain sang nenek dan ibunya ketika marah. Dia kembali melangkah pergi.

"Zer. Mau tau gak jawaban gue?" Ujar Arlon berteriak dengan senyum menatap punggung gadis itu yang perlahan menjauh sama sekali tidak ada respon darinya bahkan untuk membalikan badan pun tidak sama sekali.

"Buat apa gue minta jawaban Lo. Gak butuh dan gak penting sama sekali!" Gumam Zehra pada dirinya sembari menelusuri koridor seperti biasa ramai oleh para siswa dan siswi untuk sekedar berbincang-bincang ria. Semoga saja setelah ini Arlon itu tidak mengganggunya lagi. Tadi dia bilang dirinya bukan tipenya, memang Siapa peduli?

"Cie, setiap hari di anterin pacar nih?" Ujar gadis berparas cantik dengan berambut panjang tak lupa senyum yang terukir di wajahnya. Violet langsung merangkul Zehra. Gadis itu memasang wajah masam. Pacar rasa kutu, kehadirannya bahkan hanya membuat masalah saja.

"Bukan pacar gue. Dare lo paham dare 'kan? Dia nyebelin banget ih," keluh Zehra memalingkan wajahnya.

"Hahaha, emang meresahkan orangnya awas nanti sayang terus bucin akut," tawa Violet menggoda Zehra yang kini begitu kesal mendengarnya mana mungkin begitu, sebisa mungkin Zehra menghindari kemungkinan itu terjadi.

ZERLON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang