Dare empat puluh empat

251 9 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Maaf banget banyak typo, atau alurnya kecepetan maaf banget banyak kekurangan:))

•••


Seorang pria memasuki sebuah rumah sakit milik salah satu anggota keluarganya. Senyum amat sangat manis itu terbentuk dari bibirnya menelusuri sudut ruang tunggu seraya berkacak pinggang. Tak salah kali ini jantungnya berpacu cukup kencang menemui seseorang yang dia nantikan kehadirannya setelah lama menanti.

Senyum Lelaki itu tak kunjung surut para gadis mulai berbisik kala melewatinya. Dua mendekatkan ponsel ke telinganya setelah nama sang sepupu tertera jelas disana.

"Baiklah," jawabnya lembut memasukan ponselnya melangkah masuk pada salah satu ruang rawat.

Seorang perawat selesai memeriksakan pasiennya tujuan kali ini hendak menemui seorang dokter yang entah kenapa memanggilnya tidak biasanya akan seperti itu. Wanita menginjak 25 tahun itu melangkah dengan gusar sambil menghela napas memasuki salah satu ruangan pasien. Ruangan serba putih itu menyambutnya beserta dua lelaki di dalamnya. Mata Zehra membulat sempurna di ikuti detak jantung yang kembali berpacu sangat cepat, dia Lelaki yang berhasil membuat Zehra bimbang dengan perasaannya sendiri.

Seutas senyum manis itu kembali ia lihat setelah bertahun-tahun lamanya hanya bisa ia ingat dalam memory kepalanya. Zehra menggeleng pelan lalu kembali menatap sang dokter yang merupakan teman dari sang ayah.

"Saya mau dia yang obati luka saya!" kata Arlon tiba-tiba padahal luka di punggungnya lumayan. tetap saja lelaki ini bersikukuh hanya ingin Zehra, hanya saja ada maksud terselubung untuk menemui gebetannya.

Om Irham mengangguk mengerti padahal dia pikir Zehra akan jadi calon menantunya ternyata melihat mereka Irham tau ada sesuatu yang tidak diketahui orang asing sepertinya. Pria parubaya berjas layaknya seorang dokter itu hanya memegang bahu keponakannya singkat. Zehra semakin tertunduk atmosfir di sini sangat berbeda hening seketika. Zehra duduk di samping blankar rumah sakit itu sudah ada Arlon yang membelakanginya melepas kaosnya. Luka cukup parah akibat kecelakaan saat bekerja terpampang nyata.

"Pelan-pelan Zehra ... "

Rindu, Zehra mengerutu dalam hati jika hatinya ingin langsung memeluk, menanyakan kabar, mengikis jarak di antara mereka namun sayang tubuhnya seakan kaku hanya bisa mengambil sebuah kapas dan obat untuk melakukan pekerjaannya.

"Zehra. Gimana kabar kamu? Berapa abad nih. kita gak ketemu?"

"Rumah kamu, disana deket sepupuku? jadian gak sama si es batu?"

"Gimana kabar Tante Tasya? Kapan nih saya bisa main ke rumah kamu lagi?"

Walaupun kali Arlon nampak sangat berbeda seperti jaman pacaran tetap saja pertanyaan yang terkesan 'Modus' itu masih melewat padanya. Jika dahulu Arlon terlihat sangat tengil kali ini Zehra mendapati lelaki ini terlihat berkarisma jauh lebih dewasa, Zehra lupa ini sudah sembilan tahun semenjak mereka memutuskan hubungan. Gadis berpakaian perawat itu menghentikan olesan kapasnya semula. Dia susah payah menggigit bibir bawahnya berubah menjadi senyuman tipis.

ZERLON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang