Dare empat puluh dua

182 10 0
                                    

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Dua orang yang tengah beradu peran di atas panggung teater mengundang bisikan para gadis yang berkumpul menjodohkan kedua pemeran putri dan pangeran itu. Benar-benar menyebalkan. Dan apalagi ini Arlon menarik Violet dalam pelukannya, Zehra mendesis sebal keluar dari kerumunan.

Dia mempercepat langkah meninggalkan tujuan utamanya kemari. Mungkin ini alasan Arlon menyuruhnya ke ruangan teater melihat aksi ke playboy nya. Dasar menyebalkan!

Zehra buru-buru menyetop satu kendaraan umum lalu memasukinya bersandar pada bangku belakang meninggalkan area sekolah tanpa berniat mengabari Arlon lebih dahulu. Wajah murung sedikit tertunduk mengiri langkah gadis itu memasuki rumahnya. Dia menghela napas ada mobil asing terparkir di garasi rumahnya.

"Assamualaikum," ujar Zehra memasuki rumahnya dengan lesu.

"Waaalaikumsalam," empat orang dewasa di ruang tamu menyahut. Ada sepasang suami-istri duduk di ruang tamu asik menoleh pada Zehra. Tentu dia sangat terkejut tidak penah melihat tamu asing ini.

"Kakak salam dulu sama om Rahman, temen lama papah." titah sang papah ramah ketika menyalami kedua orangnya. Dia mengangguk singkat menyalami dua tamu asing itu. Mereka tersenyum kecil.

"Ini anak saya paling besar, Zehra." Kata Tasya memperkenalkan putrinya.

"Halo. Om-Tante." sapa Zehra.

"Sekolah dimana?" tanya seorang nampak seumuran dengan sang mamih tersenyum ramah menatap Zehra.

"SMA Cendikia, tante." balas Zehra.

"Kalo begitu sama kaya anak bungsu saya. Kayanya kalian satu angkatan namanya Kenzo dia kelas IPS?" tebak seorang pria baru baya sepertinya suami dari wanita yang duduk di sampingnya. Zehra sedikit terkejut, hanya kebetulan. Sayang saat kerumah kenzo dia tidak sempat bertemu ataupun memperhatikan wajah kedua orang ini di foto.

"Iya om. Temen sekelas." Zehra tersenyum tipis.

"Oh, bagus kalo begitu." angguk mereka.

"Saya permisi om-tante." kata Zehra undur diri memasuki kamarnya. Dia sedang tidak mood meladeni orang lain tak terkecuali tamu.

Zehra membuka pintu kamarnya. Suasana dingin khas dirinya menyeruak dipenjuru kamar serba ungu itu. Dia menyimpan ransel lalu membanting diri di atas kasur dengan ponsel di gengamnya. Zehra kembali menyimpannya, menyebalkan jika mengingat kelakuan Arlon tadi.

"Mereka cocok gitu?" gumam Zehra menghela napas menatap langit-langit kamar mengguncangkan badan. Jujur saja dia sangat kesal terngiang kata-kata dalam dialog mengatakan dia milikku! Dasar play boy!

ZERLON [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang